Foto: Ulil albab/Paragraphfoto |
PARIST - Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus menyelenggarakan Conference
on Islamic Education (CIE) 2016 dengan tema "Pendidikan Islam dan
Kemanusiaan" di ruang aula Rektorat lantai tiga Kampus Timur, Rabu (30/11/2016).
Acara dilaksanakan dua sesi, sesi pertama workshop dengan narasumber
Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, kemudian dilanjutkan sesi presentasi panel antar peserta Call for
Papers.
Pembukaan workshop oleh Kisbiyanto, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah
STAIN Kudus, memaparkan laporan acara saat itu. Bisa dipetakan, para peserta
yang hadir berasal dari berbagai daerah, mulai dari ujung timur sampai barat.
"Pendaftar Call for Papers tidak hanya dari Provinsi Jawa Tengah,
namun juga dari beberapa penjuru seperti Surabaya, Malang, Banten dan
Jakarta," tuturnya. Ia menambahkan, acara ini juga sebagai ungkapan rasa
syukur atas diraihnya beberapa program studi (Prodi) baru khususnya di Jurusan
Tarbiyah STAIN Kudus. Sampai saat ini Jurusan Tarbiyah sudah mempunyai 10 Prodi.
Wakil Ketua I STAIN Kudus, Saekan Muchith, mengungkapkan acara kali ini
dihadiri oleh narasumber yang tepat. Pasalnya, Rektor di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dede juga pernah menjabat sebagai Direktur Pendidikan
Tinggi Islam pada tahun 2011-2014. "Ia adalah figur yang paling banyak
memberikan manfaat bagi STAIN Kudus, termasuk memberikan peluang dalam penambahan
Prodi hingga mencapai 28 Prodi secara keseluruhan," terangnya.
Saekan juga menanggapi pelaksanaan workshop
kali ini. Menurutnya, tema yang dipilih menarik karena akan membahas pentingnya
pendidikan Islam bagi manusia. "Setidaknya, manusia mempunyai beberapa
aspek berdasarkan maknanya, sehingga wajar jika untuk membimbing mereka
diperlukan jalur pendidikan," ungkapnya.
Usai sambutan, workshop secara resmi dibuka oleh Saekan Muchith
pada pukul 10.07 WIB. Diikuti acara inti yang diisi oleh narasumber utama, Dede
Rosyada.
Refleksi Pemikiran
Materi yang disampaikan Dede Rosyada merupakan salah satu dari solusi
baru yang ditawarkan dalam bidang pendidikan Islam. Untuk menjawab tantangan
kemanusiaan, ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi
bangsa terbaik. Melalui penguasaan terhadap sains dan teknologi, pengembangan
peradaban, kemampuan ekonomi, stabilitas politik dan pertahanan keamanan.
"Konsep manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi merupakan konsep
lama yang masih up to date. Manusia pada dasarnya bertugas untuk
melaksanakan fungsi-fungsi Tuhan dalam konteks kemanusiaan," jelas Dede.
Di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini, sudah semestinya lulusan
sekolah menengah atau sarjana menguasai lima bidang yaitu teknologi-informasi,
keterampilan berkarya, komunikasi visual, diversity
dan bahasa inggris. Beberapa hal tersebut mencerminkan adanya pendidikan
sebagai perubahan berpikir untuk masa depan.
"Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu adanya pembenahan
dalam konsep pendidikan Islam. Hal itu bisa direalisasikan melalui cara
pengajaran guru di sekolah, seperti menggabungkan empat kompetensi ideal yakni thinking
skill, multiple intelligence, taxonomy bloom dan habit of mind,"
pungkasnya.
Sesi workshop berakhir pada pukul 12.30 WIB. Selang waktu satu jam
untuk istirahat, acara dilanjutkan dengan presentasi panel. Jumlahnya mencapai
39 paper yang akan dipresentasikan, kemudian dibagi menjadi tiga tempat
yang berbeda di Gedung Rektorat lantai tiga, meliputi ruang aula tempat workshop
(utama), ruang Senat dan aula samping Perpustakaan Tarbiyah. Untuk beberapa paper
terpilih nantinya akan diterbitkan di Jurnal Edukasia STAIN Kudus.[]
Qurrotu A'yun