ISTIMEWA |
Judul :
Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam
Penulis :
Herman Sinung Janutama
Penerbit :
Noura Books
(PT Mizan Publika)
Tahun Terbit :
cetakan I, April 2014
Tebal :
xx + 188 halaman
ISBN :
978-602-1606-48-3
“Muslim Nusantara yang Hamemayu Hayuningrat (bahasa
Sansekerta), memiliki arti Muslim Nusantara dari awal telah melampaui semua
perdebatan, permusuhan, dan persengketaan antar mazhab Sunni-Syiah, maupun
aliran-aliran lainnya di Timur Tengah. Islam di Nusantara sejak awalnya bukan
jenis Muslim epigon. Meniru dan berpura-pura seperti Timur Tengah, Barat, atau
China. Ia (Islam Nusantara) adalah generasi Islam yang unik. Subhanallah wa
bihamdh. Secara ekstrapolasi, religuisitas Islam di Nusantara pantas
menjadi agama dunia pada masa depan. Agama yang membawa dunia
pada perdamaian dan keluhuran manusia.” (Herman Sinung Janutama, Fakta
Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam)
Itulah sepenggal alinea dalam bukunya Herman
S.J. yang berjudul “Fakta Mengejutkan Majapahit Kerjaan Islam”. Buku
yang sangat mengejutkan ini adalah hasil penelitian yang dilakukan penulis
selama kurang lebih enam tahun. Pernyataan bahwa Majapahit adalah kerajaan
Islam, dibuktikan dengan mendedahkan bukti-bukti yang kuat dari
referensi-referensi yang dapat dipercaya dan telah diteliti dengan sangat
akurat.
Ulama
Majaahit
Prinsip keulamaan di Jawa kuno adalah
turun-temurun. Hal ini ditegaskan misalnya, di Kitab Negarakertagama pada zaman
Majapahit (1356 M) yang berlaku di Jenggala. Ulama kadi di Jenggala adalah keturunan keluarga Makhdumdri Perlak,
yakni keluarga durriyah nabi, yang merupakan keturunan juga dari Syaikh Sayyid
Hibatullah kadi di Masjid Agung
Watugaluh zaman Sultan Sendok (w.947 M). ketika Ekspedisi Pamalayu zaman Sultan
Sendok yang dipimpin Senapati Dharmawangsa Teguh (996 M), Syaikh Sayyid
Hibatullah Makhdum kembali ke Perlak. Setelah menjadi kadi Watugaluh selama
lima puluh tahun lebih. Keulamaan dan kadi Watugaluh dilanjutkan oleh putra
beliau bernama Syaikh Maimun Al Makhdum, zaman kepemmpinan Sri Sultan
Dharmawangsa Teguh (w.1016 M).
Ketika Masjid Agung Jenggala pindah ke kompleks Wutan Mas, kadi
kesultanan Wutan Mas masih dijabat oleh Syaikh Sayyid Maimun Makhdum. Diduga
kuat, Syaikh Sayyid Maimun ialah ulama besar Kahuripan yang bergelar Empu
Barodah atau Barada. Syaikh Maimun (Empu Barada) memiliki seorang putri bernama
Gusti Ayu Fathimah binti Maimun (wafat 1082 M dan dimakamkan di Leran). Gusti
Ayu Fathimah menikah dengan seorang ulama yang bernama Syaikh Sayyid Abu Hasan.
Jika asas turun temurun keulamaan Jawa diteruskan, Syaikh Sayyid
Abu Hasan adalah penerus Syaikh Sayyid Maimun hingga era Sri Sultan Airlangga
(wafat 1049 M) dan Sri Sultan Garasakan (wafat 1117 M). Putra-putri Sri Sultan
Airlangga, seperti Dewi Kilisuci, Raden Smarawijaya, dan Raden Garasakan
mengaji kepada beliau ini. Masuk akal bila kita mengandaikan Syaikh Sayyid Abu
Hasan bergelar Empu Barada II. Disamping itu, bisa jadi Gusti Ayu Dewi Kilisuci
(sufi perempuan) adalah murid dari Gusti Ayu Fathimah binti Maimun.
Banyak lagi fakta sejarah yang mengungkapkan bahwa Majapahit
adalah Kerajaan Islam. Dari penelitian
beliau banyak orang yang mengapresiasi karena telah mengungkap fakta-fakta yang
selama ini tersembunyi dan masyarakat awam belum mengetahui. Buku yang tidak
samapi 200 halaman ini wajib dibaca karena untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, buku ini juga ditulis dengan bahasa yang komunikatif dan
penulisannya pun sangat sistematik sehingga pembaca dapat memahami alur
berfikir penulis. Selamat membaca.
Noeriel fadjriea
Mahasiswa Manajemen Bisnis Syari’ah STAIN Kudus