PARIST.ID-KUDUS,Spanduk bertuliskan bahasa tubuh sebagai bahasa
perdamaian terbentang di salah satu sudut Taman Wergu Kudus. Dalam rangka
memperingati hari pantomime sedunia, Komunitas Pantomime Kudus (KOMPAK)
mengadakan street mime pada Rabu malam (22/03/17).
Kegiatan
itu diikuti beberapa komunitas teater dan pelajar di Kudus. Mereka berupaya
menghibur masyarakat Kudus dengan pertunjukan pantomime secara live di
alam terbuka. Meski awalnya banyak masyarakat yang bingung namun pada akhirnya
menerima dan mengapresiasi.
Panitia
penyelenggara, M. Ulul Azmi (24) menyampaikan niatan itu dilatar belakangi
adanya peringatan World Mime Day yang jatuh pada 22 Maret. Selain itu
juga turut mengkampanyekan perdamaian seiring dengan ancaman disharmonisme yang
kini sedang memanas.
“Selain
ingin kembali menggaungkan dunia pantomime maksud lain dari event ini yaitu
sebagai deklarasi perdamaian,” kata lelaki yang akrab disapa Citul itu.
Ulul
menambahkan bahwa bahasa tubuh yang dihasilkan dengan berpantomime merupakan
semacam ajakan secara halus. Maksudnya orang tidak perlu takut dibentak atau
diingatkan dengan suara dan ucapan, tetapi cukup dengan perbuatan. Ajakan untuk
damai menurutnya tidak patut jika berkoar-koar dengan nada yang keras dan mengganggu.
“Mending
kita hibur masyarakat, biar mereka sendiri yang menilai dan merasakan kedamaian
dari perbuatan kita,” tuturnya.
Sementara
itu, Wildan (24), salah satu pengunjung dan penikmat seni mengapresiasi langkah
yang dilakukan oleh Citul dkk. Menurutnya pantomime bisa menjadi alternatif
yang bisa menumbuhkan benih-benih perdamaian lewat kejenakaannya. Masyarakat
Kudus harus tahu bahwa pantomime merupakan dunia asyik yang dekat dengan
suasana damai dan menyenangkan.
“Pantomime
tidak hanya gerak dan melucu dengan make up ala badut, tetapi juga memiliki
pesan yang amat dalam,” ungkapnya.
Mengenai
masa depan pantomime di Kudus, Arfin Ahmad Maulana, Ketua Forum Apresiasi Sastra dan
Budaya Kudus (FASBuK) optimis dunia pantomime akan pesat berkembang. Penilaian
itu didasarkan pada semangat anak-anak muda yang menggelora untuk menekuni
bidang seni ini. Selain itu dukungan dari berbagai komunitas juga menjadi tolok
ukur atas terwujudnya optimisme tersebut.
“Saya
melihat antusiasme yang luar biasa. Minat anak-anak, remaja dan orang tua
saling mendukung dalam berpantomime,” tukasnya.
Arfin
juga berharap supaya ada event lagi yang serupa bahkan lebih meriah dengan tema
yang relevan. “Lanjutkan spirit ini dan selamat hari pantomime dunia, 22 Maret
2017,” ucap Arfin.(Far)