“Jadilah seperti mata air yang jernih, kamu harus menjadi seperti mata air. Kalau kamu baik, pasti di sekitarmu akan baik, tapi kalau kamu kotor, pasti juga di sekelilingmu akan mati. Manusia di bumi ini banyak sekali ragamnya, jangan sampai kau lukai mereka”
Begitulah wejangan dari sang ayah ketika Rudy masih
kecil. Pesan yang selalu terngiang dipikiran Rudy sampai ke negeri nun jauh, Jerman.
“Berangkat dari Film Habibie & Ainun” yang sukses di perfilman nasional,
film garapan Hanung Bramantyo yang juga diproduseri oleh Manoj Punjabi ini
mencoba mengungkapkan bagaimana kehidupan nyata true story sosok
Presiden RI ke-3 masa kecil.
Perjuangan Rudy untuk memajukan Indonesia diperankan oleh
aktor Reza Rahardian. Film yang berdurasi dua jam lebih ini dibintangi juga oleh
aktor terkenal seperti Boris Bokir, Ernest
Prakasa, Pandji Pragiwaksono, Verdi
Solaiman, Rey Bong, dan Bastian Bintang Simbolon.
Berawal dari pelanggaran
tradisi keluarga, lahirlah seorang anak yang jenius bernama Bacharudin Jusuf
Habibie. Ia dilahirkan dari pasangan suami istri yang menentang sebuah tradisi,
menikah dengan suku lain. Ayahnya orang Bugis, sedangkan Ibunya orang Jawa. Akibatnya
mereka dipisahkan dari sukunya masing-masing.
Perbedaan latar belakang
orang tua Rudy justru menjadikannya anak yang bersikap pluralistik. Selain
terkenal jenius, Rudy juga periang, tangguh, pemberani, rajin, dan memiliki
rasa keingintahuan curious yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan
prestasinya di sekolah. Ia selalu mendapatkan peringkat satu.
Dengan bekal kejeniusan,
motivasi serta nasihat dari ayahnya, sampailah ia di kampus Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen atau
yang lebih dikenal dengan RWTH
Ancheen, Jerman Barat. Di sana ia selalu ingin menjadi seperti mata air,
terutama untuk Indonesia. Hal itulah yang menjadi rahasia dibalik semua kerja
kerasnya selama di Jerman. Adapun cacian dan makian yang selalu diterimanya,
tidak menjadikannya lemah dan mundur begitu saja. Justru malah menjadikan
cambuk semangat dalam kehidupannya.
Setelah beberapa hari
tinggal di Jerman, Rudy mulai mengukir prestasinya. Apalagi ketika Bung Karno
datang berkunjung ke Jerman, dengan sederet janji manis yang dilontarkan kepada
mahasiswa di sana, semangatnya dalam menuntut ilmu semakin menggebu-gebu.
Semuannya penuh tantangan,
terutama ketika Rudy didaulat menjadi ketua organisasi Persatuan Pelajar Indonesia (PPI). Banyak yang tidak setuju dengan
rencana yang dibuat oleh Rudy, salah satunya tentang proyek
membangun pesawat terbang. Alasan teman-temannya
karena mahasiswa hanya ditugasi untuk menempuh pendidikan, sehingga jika harus
mengerjakan rencana-rencana Rudy itu sangat memberatkan bagi mereka.
Bukan hanya otaknya yang
pintar, tetapi dia
pandai dalam ilmu teknologi. Rudy berhasil membuat maket pesawat yang bisa
terbang. Teori tentang pesawat juga ia terapkan dalam organisasinya. Menurutnya
yang terpenting dalam organisasi adalah visi. Jika organisasi tanpa
visi, ibarat pesawat terbang tanpa tujuan.
Selama kuliah, Rudy selalu
ingat dan peduli dengan tanah airnya, Indonesia. Seakan-akan di Jerman, Rudy sedang mengerjakan PR yang dibawanya dari
Indonesia. Rudy pernah mengirim surat kepada pemerintah yang isinya permohonan
saran mengenai studinya, keahlian apa yang sedang dibutuhkan di Indonesia,
terutama pada bidang dirgantara, atas nama mahasiswa Indonesia akan
menyesuaikan studi agar bermanfaat bagi pembangunan di Indonesia. Motivasinya
untuk membangun negeri sangat tinggi.
Rudi selalu pergi ke
gereja setiap melaksanakan ibadah sholat. Karena ia tahu hanya di gereja itulah
dia bisa beribadah dengan tenang dan jauh dari kebisingan. Ia tidak peduli
dimana ia bertempat, akan tetapi niat dan
keyakinannya adalah poin yang paling penting. Meskipun di
dalam gereja, ia tetap mengagungkan nama
Allah.
Setiap pertemuan kepada
teman-temannya ia selalu
membahas
masalah-masalah yang serius, hingga membuat teman-temannya mengelus jidat
berulang kali. Kesungguhan Rudy yang
terkesan berlebihan ini juga membuat teman-temannya kurang
suka dengan sikapnya. Tetapi hal tersebut tidak
menjadikan Rudy putus asa. Seperti biasa,
setiap menghadapi persoalan dan merasakan kesedihan ia selalu mengadu kepada
Tuhannya demi ketenangan dan keteguhan hati.
Sikap
yang patut ditiru dari Rudy untuk kita ialah semangat belajar dan rasa nasionalisme yang tinggi. Walaupun ia berada di negeri Jerman, hati Rudy tetap cinta pada tanah air. Bahkan
ia menolak untuk menjadi warga Negara Jerman demi kecintaannya pada Indonesia.
Itulah Rudy, sosok yang cerdas namun tetap bersahaja.
Dengan adanya subtitle, memudahkan penonton dalam
memahaminya. Akan tetapi berbeda dengan yang lain, film ini menggunakan alur
campuran. Bagi yang tidak menontonnya secara saksama, maka akan merasa
kebingungan.
Setidaknya film ini mampu meberikan semangat kepada
penonton, kepada kaum muda untuk bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu,
berjuang menghadapi tantangan globalisasi, terlebih mampu menorehkan prestasi
untuk negera yang kita cintai, Indonesia. Dan yang paling penting adalah
kesuksesan tidak akan didapatkan tanpa perjuangan.[]
Sutradara :
Hanung Bramantyo
Produser :
Manoj Punjabi
Berdasarkan :
Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner
karya Gina S. Noer
karya Gina S. Noer
Pemeran :
Reza Rahadian
Chelsea Islan
Dian Nitami
Indah Permatasari
Ernest Prakasa
Boris Bokir
Rey Bong
Cornelio Sunny
PandjiPragiwaksono
Verdi Solaiman
Bastian BintangSimbolon
Chelsea Islan
Dian Nitami
Indah Permatasari
Ernest Prakasa
Boris Bokir
Rey Bong
Cornelio Sunny
PandjiPragiwaksono
Verdi Solaiman
Bastian BintangSimbolon
Musik :
Tya Subiakto
Sinematografi : Ipung Rachmat Syaiful
Penyunting :
Wawan I. Wibowo
Distributor :
MD Pictures
Tanggal rilis : 30 Juni 2016
Negara :
Indonesia
Durasi :
2 Jam 17 Menit
Bisri Mustofa