KAMPUS, PARIST.ID- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Usuluddin mengadkan
seminar dan bedah buku Tafsir Ummu Salamah. Acara tersebut masih dalam
rangkaian jadwal diesnatalis STAIN Kudus ke-20 (16/5). Tafsir tersebut
merupakan karya Nur Mahmudah, dosen ushuluddin sendiri.
Bertempat di aula rektorat lantai tiga,
ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan cukup antusias mengikuti jalannya
seminar dan bedah buku tersebut. Buku yang telah terbit sejak tahun 2012
tersebut memang baru pertama kali dibedah dan didiskusikan.
FAQIH/PARAGRAPH PHOTO |
Ketua HMJ Ushuluddin, Dliyaul Falah,
mengatakan, pembedahan buku tersebut sangat tepat sekali diadakan berbarengan
dengan diesnatalis. Karena memang jarang sekali ada acara bedah buku
tafsir di kampus ini. “saya sangat berterima kasih kepada panitia diesnatalis
atas kesempatan yang sangat langka ini,” ungkapnya.
Senada dengan Falah, Ketua Dewan Mahasiswa
(DEMA), Ahmad Minhajul Abrori, membenarkan terkait jarangnya ada bedah tafsir
ketika diesnatalis. Tahun- tahun sebelumnya belum pernah adah seminar
semacam ini dan lebih memilih acara-acara lain yang kurang menyentuh ranah
agama.
Pergerakan wanita
Dalam kesempatan itu, Nur Mahmudah sebagai
penulis menerangkan beberapa alasan dan latar belakangnya menulis Tafsir Ummu
Salamah tersebut. Pertama, ia menganggap selama ini jarang sekali ada ulama
yang menulis pemikiran-pemikiran dan sejarah wanita sebagai ulama. Ke dua,
Mahmudah tertarik dengan sosok Ummu Kulsum yang notabene istri Nabi Muhammad
SAW, yang sebenarnya adalah seorang perawi.
Mahmudah mengatakan, sudah sepatutnya
mahasiswa mempelajari pemikiran-
pemikiran tokoh muslimah, termasuk salah satunya adalah Ummu Salamah. Sebab,
Ummu Salamah selain sebagai perawi hadits, dia juga tokoh emansipasi pada masa
Rasul saat itu. Buktinya, Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Nabi Muhammad
tentang perbedaan status wanita dan laki-laki ketika berperang (baca; hadis).
Dalam tafsir tersebut, Mahmudah memaparkan
beberapa tafsir tentang pemikiran Ummu Salamah di bidang fiqih, hukum Islam,
etika, kumpulan doa, terapi hukum, kisah kesederhanaan hidup nabi, dan beberapa
pembahasan lainnya.
Dengan adanya seminar dan bedah buku ini,
Mahmudah sangat berterima kasih kepada panitia penyelenggara dan berharap
mahasiswa mampu mengikuti pemikiran- pemikiran Ummu Salamah. “Harapan saya,
mahasiswa STAIN bisa meniru pemikiran-pemikirannya.”
Ahmad Attabik, selaku pembanding tafsir,
menilai buku tersebut terbilang karya yang mempunyai kualitas tinggi dan jarang
sekali ada yang menulisnya. Namun, kelemahan dari buku tersebut adalah surat
yang ditafsiri masih terbilang sedikit, hanya sekitar 24 surat saja.
Ahmad berpesan kepada para mahasiswa supaya
mencontoh kepada penulis yang mampu menangkap dengan jeli keistimewaan Ummu
Salamah. Masih banyak lagi tokoh-tokoh muslim yang belum terungkap ke permukaan
melalui karya-karya tulisan. “Tirulah dosen seperti beliau, yang bisa mendidik
dan menulis sebuah karya luar biasa,” harapnya.[FAQ]