Dari Kiri : Muhammad Noor Ahsin, Akrom Hazami, Arfin A. M |
Parist.ID, KUDUS - Belakangan, penyebaran
berita bohong (hoaks) semakin massif. Pemerintah sampai dibuat sibuk untuk
menangkal penyebarannya lewat pelbagai langkah kebijakan serta himbauannya
kepada publik. Turut ambil bagian, Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus
(FASBuK) menggelar pentas puisi anti-hoaks dan diskusi di Lapangan Basket Kampus
UMK, pada Sabtu (20/5/2017).
Dengan tema “Hoax Hoex Hoam”
beberapa
mahasiswa perwakilan dari kampus di Kudus tampil membawakan puisi-puisi bertema
perlawanan terhadap hoax. Mereka adalah Risa Sofiatun (STAIN Kudus), Naela
Husna Faela Shufa (UMK), Sri Ellyyanti O (STIKES Muhammadiyah).
Arfin A.M, Ketua FASBuK, mengatakan melawan penyebaran berita hoaks bisa
dilakukan dengan media seni, salah satunya puisi. Puisi-puisi yang ditampilkan
beragam. Ada yang mengkritik secara bombastis terhadap fenomena pemberitaan
media, terutama media online belakangan yang cenderung tidak berimbang, bahkan
provokatif, sehingga sering membuat keresahan di masyarakat. Bahkan, tak jarang
memancing pertikaian.
“Berita hoaks bisa kita lawan dengan sebuah karya puisi yang menarik,” jelasnya.
Turut hadir
sebagai pembicara diskusi, Akrom Hazani, Redaktur Murianews.com dan Muhammad Noor
Ahsin, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Mereka
mengulas fenomena merebaknya berita hoax dengan perspektif masing-masing bidang.
Akrom Hazami, mengatakan bahwa media memiliki kode etik pemberitaan
yang seharusnya ditaati, sehingga berita yang dihasilkan menjadi layak untuk
dikonsumsi publik. Menurutnya, merebaknya kabar-kabar hoaks disebabkan oleh
media yang kebanyakan tidak memerhatikan hal tersebut. Bahkan, lebih banyak
yang mengedepankan aspek profit semata, sehingga mengesampingkan kode etik
pemberitaan yang benar.
“Harusnya melalui editing yang ketat dan sangat-sangat
berhati-hati,” jelas Akrom.
Sementara itu,
koordinator FASBuK yang lain, Neno, menuturkan kegiatan ini memang sengaja menampilkan generasi muda, terutama kalangan mahasiswa di Kudus. Ini
agar sikap kritis dalam mengkonsumsi informasi bisa tumbuh dari kalangan
pemuda. Terlebih, pengguna media sosial yang sering menjadi jalur penyebaran
berita hoax, kebanyakan adalah para remaja atau anak muda.
“Agar pemuda lebih cerdik dalam memilih berita” ujar Neno. (Mael/Far)