Perkembangan
teknologi informasi yang tengah massif harus diimbangi dengan kemampuan mumpuni
seorang santri melestarikan budaya literasi. Hal itu mengemuka dalam seminar
bertajuk strategi publikasi dan penerbitan karya santri di Aula Gedung Jurusan
STAIN Kudus, pada Sabtu (05/08).
![]() |
Kisbiyanto (ketiga dari kiri) memberi sambutan dalam seminar.(Paragraph) |
Ketua
Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus,
Kisbiyanto, mengatakan bahwa santri harus mampu menerbitkan karya tulis. Selain
itu ia juga mendorong kader Nahdlatul Ulama supaya giat menulis dan memberi
pemahaman kepada masyarakat secara moderat.
“Pemahaman
santri tentang agama sudah tidak bisa diragukan lagi, tinggal bagaimana kalian
bisa menuliskannya menjadi sebuah karya dan dibaca banyak orang,” ujar Kisbi.
Menurutnya
akibat perkambangan teknologi informasi banyak tulisan bernada provokatif dan
salah kaprah bisa dengan mudah diakses. Hal itu tentu akan merugikan publik
sebagai pembaca yang haus informasi.
“Untuk
itu santri harus juga pandai main web, buat situs kajian yang menyejukkan,”
imbuh pria yang juga Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten
Kudus itu.
Bertindak
sebagai penyelenggara, ia juga menuturkan tujuan adanya kegiatan ini yaitu
memfasilitasi santri dan kader NU untuk memetakan strategi jitu mendobrak
literasi hingga kancah global. Ia juga berharap supaya ada keseriusan dari para
santri dan kader NU dalam menekuni dunia literasi.
“Kita
hadirkan LTN NU Pusat kesini agar nanti bisa mencecap banyak ilmu untuk
memajukan literasi, khususnya kita warga Kudus,” katanya.
Sementara
itu, Wakil Ketua Lajnah Ta’lif wa Nasyr (LTN) NU Pusat, Hari Usmayadi,
menghimbau kepada peserta untuk membangun jaringan literasi. Demikian itu
berguna untuk meningkatkan produktivitas dan distribusi karya tulis.
“Jika
ada jaringan yang solid kita bisa kuasai jagad literasi dengan mudah,” ucapnya.
Ketua
LTN NU Cabang Kudus, Nur Said, menuturkan teladan yang diberikan oleh Sunan
Kudus sebagai waliyyul ‘ilmi. Hal itu bisa menjadi spirit bagi santri
dan kader NU di Kudus untuk aktif di dunia literasi. Menurut Nur Said meski
dengan wilayah yang tergolong kecil, dibandingkan kabupaten sekitarnya, Kudus
banyak memiliki tokoh berpengaruh.
“Sebagai
anak-cucu Sunan Kudus mestinya kita bisa lah mendorong kemajuan literasi di
kota ini,” tuturnya.
Kegiatan
ini terlaksana atas prakarsa Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Kudus yang bekerjasama dengan IPNU-IPPNU Cabang Kudus. Acara juga
dihadiri oleh pelajar dan mahasiswa serta masyarakat umum. (FAR)