Kudus - Parist.id, Masa kampanye seringkali menjadi penyebab
pertikaian di masyarakat. Keresahan itu, ditulis Rika Dea Ariati melalui
puisi Embun Pagi. Rika menjadi salah
satu siswa penampil dalam acara Forum Apresiasi Sastra Budaya Kudus (FASBuK), Edisi Bulan September dengan mengusung tema "Lantunan Perdamaian". Rabu (20/09/2017).
Penampilan Teater Oncor Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) dalam pementasan FASBuK Edisi September. Kamis (20/9/2017). Foto : Mael/PARAGRAPHFOTO. |
“Perdebatan menghasilkan pertikaian/ dukungan politik diperebutkan/
demi pupularitas tanpa batas/ mereka saling saing berseteru/” begitu
petikan puisi yang dibacakan Rika, siswi asal SMA N 2 Kudus.
Saat ini, pertikaian masih saja
terjadi di berbagai daerah. penyebabnya beragam, perbedaan status agama, suku, social
dan lainnya. Pertikaian akhir ini, bisa dilihat masyarakat, saat Pemilihan
Kepala Daerah di Ibu Kota Indonesia. Selain itu, insiden warga yang sampai
mengungsi ke Bangladesh juga menjadi pembahasan karena pertikaian antar kelompok.
Mewujudkan kedamaian tidaklah
semudah membalik telapak tangan. Ada benang kusut yang harus terus dicoba untuk
diuraikan. Itu, yang ingin disampaikan oleh kelompok Teater Oncor Tasywiquth Thullab
Salafiyyah (TBS) Kudus.
Kelompok teater pelajar itu,
menyampaikan, kunci pemecahan perdamaian itu ialah mensyukuri perbedaan yang
ada. Sebab, perbedaaan itu menyatukan. Dan hidup damai ialah ketika semua orang
tersenyum. Puisi perdamaian yang ditampilkan kemudian dilanjutkan dengan lagu Hubbul Wathan.
Selain Rika dan Teater Oncor TBS
yang tampil dalam acara itu, turut tampil, Muthiaharlika Siswi SMK N 1 Kudus. Serta penampilan
duet musikalisai puisi siswi SMA N 1 Kudus, Tabita dan Vika. Tema acara
perdamian dipilih, sebagai pengingat untuk penonton. Sekaligus juga
memperingati hari perdamaian dunia, yang jatuh pada tanggal 21 September . (Ishmah)