Kudus, Parist.ID – Banyak penulis novel yang tulisannya
terinspirasi dari berbagai hal. Seperti novel yang berjudul Menara Cinta, yang ditulis Danar Ulil
Husnugraha berawal dari kisah nyata. Meski begitu, penulis tak serta merta
hanya menulis apa yang disampaikan tokoh, tapi juga melalui pengalaman dan
observasi. Tidak hanya di Kudus,
tempat seperti Gunung Tidar (Magelang) menjadi latar untuk membuat karyanya
semakin nyata.
Mohammad Khanzunnudin (baju putih) memberikan pandangannya terkait novel "Menara Cinta" yang ditulis Danar (dua dari kiri). Foto: Ismah/Paragraph |
“Saya
merasakan langsung suasana Gunung Tidar dan menjadikannya sebagai latar belakang
tempat dalam pembuatan novel ini,” ungkap Danar dalam acara bedah buku novel
“Menara Cinta” di ruang seminar lantai 4 Gedung Rektorat Universitas Muria
Kudus (UMK), Sabtu, (23/9/17).
Dibedah
langsung oleh Muhammad Subhan Ad-Dawiy Al-Hifdzi Pengasuh Majlis Ghidzail Qulub
dan Mohammad Khanzunnudin sebagai Ketua Pusat Studi Budaya (Pusbud) Universitas
Muria Kudus.
Novel
karya anak muda Kudus itu, menurut Mohammad Khanzunnudin, walaupun karya fiksi,
pengamatan langsung ke lapangan dibutuhkan. Hal tersebut akan memberikan
kekuatan narasi latar lebih kuat.
“Meski
berangkat dari kisah nyata, karya novel yang notabene prosa harus memiliki estetika,”
ungkapnya
Namun,
penulis (baca : Danar) masih kesulitan meliarkan
imajinasinya. Disamping itu, romans-religi
yang dipilih cenderung menyulitkannya untuk menjelaskan rutinitas kegiatan di
lingkungan pesantren. Selain itu banyak catatan kaki yang memang perlu
digunakan, mengingat pembaca tidak hanya dari lingkungan pesantren.
“Tetapi,
lebih baiknya jika menarasikannya lebih sederhana, tanpa perlu memakai istilah
khusus,” pungkasnya. (Ishmah/Lim)