Foto: Paragraph |
KUDUS, PARIST.ID- Sebagai negara besar dan kaya sumber
daya Indonesia perlu terus menerus berbenah dan evaluasi progres. Beberapa yang
bisa dijadikan tolok ukurnya yaitu empat sifat Rasul, shiddiq, amanah, tabligh
dan fatanah.
Hal itu mengemuka dalam peringatan maulid nabi
di PP. Al-Muayyad Al-Maliky, Kecamatan Jati, Kudus, Selasa (05/12/17). Hadir
sebagai narasumber, Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Akademisi Dr. Abdul
Jalil, M. E. I, Kapolres Kudus AKBP Agusman Gurning dan sejumlah tokoh ulama
setempat.
“Keempat sifat nabi harus diteladani dan
diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kita jangan
sampai bertindak melewati batas dan tanpa prinsip yang dibenarkan agama,” ujar
teman dekat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Sebagai negara dengan populasi penduduk muslim
terbesar di dunia, sudah selayaknya masyarakat Indonesia memiliki prinsip dan
etika yang diajarkan Rasul. Kepada para pemimpin, Cak Nun berpesan, untuk
menyelamatkan bangsa Indonesia melalui empat sifat Rasul.
“Pertama, sifat Sidiq harus dipraktekkan dan
menjadi ukuran integritas dalam menjalankan birokrasi. Kejujuran dalam
menyelenggarakan dan mengalokasikan anggaran negara harus disepakati semua
elemen," jelas suami Novia Kolopaking itu.
Jika shiddiq sudah diterapkan, lanjut Cak Nun,
maka sifat amanah, tabligh, dan fatanah akan bisa terwujud secara otomatis.
Menurutnya, saat ini semakin banyak petinggi negara yang berlaku tidak baik,
seperti korupsi dan perebutan kekuasaan yang tidak ada habisnya.
"Kita harus sama-sama berbenah, kita
harus saling mengingatkan. Mari menghadirkan konsep rahmatan lil 'alamin di
tengah masyarakat Indonesia," katanya.
Sementara itu, Akademisi, Dr. Abdul Jalil, M.
E. I, menjelaskan konsep kepemimpinan berdasarkan surat Al-Mulk dalam Al-Qur’an.
Ia menyampaikan kepemimpinan adalah kuasa yang selayaknya digunakan untuk
membela kepentingan orang-orang lemah dan berlaku ihsan kepada semua.
“Kekuasaan itu sendiri merupakan ujian yang
berfungsi mengurusi orang yang mati maupun hidup, tanpa terkecuali. Tentu saja
itu harus dengan sikap dan sifat yang ihsan,” tutur Jalil.
Ihsan, kata Jalil, artinya memberi lebih
daripada apa yang telah kita terima. Misalnya kita dicaci maki atau dipukul
seseorang lalu kita memaafkan bahkan membalasnya dengan kebaikan adalah contoh
kecil sifat ihsan.
“Ihsan memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dari ‘adl (adil). Dalam kasus tadi menurut keadilan sebenarnya kita boleh
membalas memukul, tetapi seorang pemimpin atau yang berkuasa tidak cukup jika
hanya adil. Al-Qur’an menyuruh kita agar ihsan,” bebernya.
Selanjutnya, Kapolres Kabupaten Kudus, AKBP
Agusman Gurning menghimbau agar masyarakat terus menjaga ketertiban dan
keamanan sekitarnya. Ia juga berpesan tentang pentingnya menjaga kesatuan dan
persatuan NKRI. (Faqih/FAR)