WWW.PARIST.ID, KUDUS - KH. Ahmad Musthofa Bisri atau yang akrab
disapa Gus Mus menganjurkan agar setiap pemimpin harus belajar dari filosofi
shalat. Sebab, di dalam sholat mengandung makna sangat dalam bahwa
pemimpin dituntut untuk memahami siapa
yang dipimpinnya.
"Pemimpin itu seperti imam dalam Sholat, seorang Imam
harus mengerti seperti apa dan bagaimana Makmumnya," kata Gus Mus dalam
acara Pengajian Isra' Mi'raj di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin (26/03/2018)
malam.
Gus Mus mencontohkan salah satu kisah dari sahabat
Rasulullah, suatu ketika Muad bin Jabal menjadi imam shalat jamaah. Namun,
makmumnya meninggalkan sholat karena Muad terlalu lama memimpin sholat
tersebut. Di rekaat pertama, Muad mengkhatamkan Surat Al-Baqarah, di rekaat
kedua Surat An-Nisa'. Kemudian Muad diperingatkan oleh Rasulullah bahwa
seorang imam harus bisa melihat siapa makmumnya. Imam adalah panutan banyak
orang, ada yang tua dan ada yang muda. Jadi tidak bisa disamakan.
Pemimpin saat ini, lanjut Gus Mus, harus mencontoh kisah Muad. Sebagai seorang
pemimpin jangan seenaknya sendiri, harus mampu bersikap adil. Jadi harus bisa
mengayomi semuanya, jangan berpihak ke kanan ataupun ke kiri, harus bisa berada
di tengah-tengah, kalau dalam istilah Jawa "ojo kedawan ojo kecepeten.
"
Menurut Gus Mus, banyak pemimpin di Indonesia yang salah
kaprah dengan tugasnya sebagai imam. Tak sedikit dari mereka yang kurang
memanusiakan manusia. Selain itu, dengan ilmu dan kekayaan yang dimilikinya,
mereka biasa menganggap remeh orang lain. Padahal, tugas mereka adalah melayani
dan mengayomi siapapun yang dipimpinnya.
Gus Mus mengingatkan, bahwa kedudukan atau martabat manusia
yang paling tinggi adalah di hadapan Allah, bukan ketika mendapat jabatan atau
kekuasaan. Karena jabatan atau kekuasaan itu hanya sesaat, suatu saat akan
hilang.
"Kalau suatu ketika engkau memikul keranda ke kuburan,
ingatlah suatu saat kamu akan dipikul. Kalau suatu ketika engkau dipasrahi
jabatan, kekuasaan, ingatlah suatu saat engkau akan lengser," tuturnya.
(Arif/FMH)