Puisi-puisi Firdashoma*
Puan,
Tersenyumlah
Kisah ini lapuk diantara rak-rak senja
semenjak hitam menghabisi putih
maka menangislah,
puan!
ijinkan Muria datang memelukmu
bayang
Veteran turut membasuh rindu
kaki-kaki
hujan menjadi saksi bisu
Ah, biarkan mereka kelelahan dalam ketiadaanmu
hingga badai mengajak pergijauh dari bumi
melupakan malam
yang terlalu ranum dipetik
mengasingkan
para wajah yang tak sedap dipelihara
menangislah,
puan!
menangislah sampai
raja siang tak jadi terbit
kemudian tersenyumlah!
pertanda surat ini telah sampai
Barangkali
Kau
Barangkali
kau adalah serdadu-serdadu Indonesia yang menjelma dedaun kering,
terlupakan sejarah dan termakan darah
barangkali
kau adalah selsius merbabu atau kilo meter nil yang menjelma liliput; kerdil,
sebatasdongeng para siput
dan barangkali
kau adalah mutiara kekasih dengan harum tujuh bunga yang menjelma ratu raflesia
ah
barangkali kau adalah sajak-sajak yang kutulis; indah.
namun ini hanya lamunan!
Petuah di
Kotak Surat Depan Rumahmu
usir awan arkus!
jangan bersembunyi
di balik merah!
agar
pak pos bisa mengantarkan surat
dari matahari
Diary
Tuan untuk Putri
Kuceritakan kisah langit
yang
kini menduduki bumi
di
singgasana sang angin
dari awan
yang terbang
pada kenangan-kenangan pangeran
yang
termaktub Bersama sang putri
perihal kisah,
membuat jarak laut
hingga para duyung melarikan diri
dari jerat api
pada nahkoda
yang kusebut bumi
Utarakan
janji-janji hujan
kepada puan
GelakSiapa
yang Menangis
ada sebuah tanya dalam kening hujan
dari sudut mata
yang dihias tawa
memasung lembut tirai langit
aku termasuk puan meneteskan rintik
menjadi lautan bagi cermin
sang awan
juga
matahari yang gemar terbakar
namun ia nampak malu dengan
kami bukan?
bukan,
ia hanya tak percaya jika hujan bertanya
“Gelak siapa
yang menangis?”
anak-anak kecil berlarian menuju sungai
berharap hujan turun menyuratinya
percayalah
kami bukan gemuruh!
Deskripsi Puisi Akhir
Apalagi yang
kau baca di sini? Mencari puisi surat lagi?
Surat
kemarin belum kau balas. Apa kau merindukan suratku?
Sebenarnya surat di
kotak suratmu itu dari kotak.
Sebenarnya pengantar surat untuk suratmu dari aku itu kau.
Apa tidak sadar, aku mencintaimu.
Apa cinta itu berat hingga pada akhirnya biar aku saja.
Kau tidak?
*seorang balerina puisi yang
masih merangkak