PARIST.ID,
KAMPUS- Dibanding mahasiswa zaman dulu, dinamika
pergerakan mahasiswa saat ini telah mengalami pergeseran khususnya dalam
berkiprah di suatu organisasi dan itu terkesan mulai melemah.
Organisasi sebagai wadah mahasiswa untuk menyalurkan beragam ide dan berjuang
keras meraih cita-cita bangsa.
Demikianlah pernyataan yang disampaikan oleh
Rektor IAIN Kudus, Mundakir, dalam sebuah seminar bertajuk “Pandangan Tokoh
Nasional Terhadap Gerakan Mahasiswa Terkini” yang dilaksanakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dalam raingkaian gelaran Dies Natalis IAIN Kudus ke 21 di Gedung
SBSN Lt.1, Senin (23/4/2018).
“Dulu, mahasiswa tidak takut dengan tantangan
apapun. Idealisme lah yang menguatkan setiap pergerakan mahasiswa saat itu
dalam menegakkan keadilan dan melawan kebijakan
rezim yang tidak memihak kepada rakyat,” ingatnya.
Namun, lanjut Mundakir, mahasiswa saaat ini jauh berbeda. Misalnya, banyak
dari mereka yang lebih memilih fokus kuliah saja dibandingkan dengan menjalani
kuliah sekaligus menjadi aktivis kampus dalam lingkaran-lingkaran
organisatoris. Padahal, dengan mereka
menjadi aktivis kampus, maka daya kekritisan akan lebih unggul dibandingkan
dengan yang tidak menjadi aktivis.
“Sekarang mahasiswa sangat ketakutan dengan
ancaman-ancaman sepele di ruang kelas. Misalnya peringatan-peringatan dari
dosen yang tidak jarang hanya sebagai geretakan saja,” ujarnya.
Mundakir menambahkan, tantangan mahasiswa hari
ini adalah berani atau tidak keluar dari ketakutan-ketakutan tersebut. Selain itu,
saat ini mahasiswa juga tengah tersandera dalam pemikiran yang pragmatis. Padahal,
mahasiswa adalah salah satu elemen bangsa yang cukup strategis posisinya untuk
memberikan kritik dan opini kepada pemerintah dengan kebijakan-kebijakannya.
Sejalan dengan Mundakir, Noor Achmad, anggota
Komisi VIII DPR RI bidang Agama, Sosial, dan Keagamaan mengatakan, pergerakan mahasiswa
saat ini tidak boleh kalah dengan mahasiswa zaman dulu dalam hal kekritisannya
dalam hal mengkritik kebijakan pemerintah yang tidak bijak.
Menurutnya, apapun kegiatan daya analisis dan daya kritis mahasiswa merupakan bagian dari
masyarakat. Mahasiswa harus dapat menjadi konduktor bagi masyarakat dengan
menjadi pemimpin walau hanya di tingkat terkecil.
"Jangan
merasa bahwa apa yang telah kita lakukan tidak menghasilkan apapun," jelas
dewan rakyat kelahiran Kudus
tersebut.
Daya
kritis dan analisa terhadap realita dikaitkan dengan cita-cita tanah air
Indonesia dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini penting dilakukan supaya
mendobrak daya analisa mahasiswa agar terus dilatih supaya menjadi bekal ketika
sudah lulus dari perguruan tinggi.
"Semoga
kedepannya mahasiswa maupun mahasiswi IAIN Kudus dapat kritis terhadap situasi
yang ada untuk melakukan perubahan," harapnya. (Arum/lis)