KUDUS,
PARIST.ID - Pentas monolog bertajuk Tjut Nyak Dhien oleh Sha Ine Febriyanti berhasil memikat
puluhan pegiat seni peran Kudus Dan sekitarnya, Kamis (28/6/2018) malam di
Auditorium Universitas Muria Kudus.
Pentas
tersebut merupakan rangkaian roadshow Sha Ine ke beberapa kota besar di
Indonesia sejak 27 April 2018 silam. Sebelum di Kudus, dia bersama timnya telah
pentas di Gianyar Bali, Makasar, Solo, Surabaya, dan Kudus menjadi kota ke lima
dari sepuluh kota yang akan ia sambangi.
Kisah
yang dituturkan oleh Cut Nyak Dhien dari hutan Sumedang tersebut kemudian
diangkat menjadi karya monolog.
Melalui
monolognya, Sha Ine mencoba untuk menyuguhkan teladan kehidupan dari Cut Nyak
Dien yang semasa hidupnya tinggal di kawasan hutan Sumedang dengan penuh
perjuangan dan tantangan.
“Sebagai
pejuang dan seorang ibu, Cut Nyak Dhien telah memberikan inspirasi bagi para
perempuan khususnya saya, untuk tetap berani dalam kebenaran, memegang prinsip
yang teguh, dan tak kenal meyerah dalam melawan penjajah,” ungkapnya.
Usai
pentas yang digagas oleh Djarum Bhakti Budaya yang bekerjasama dengan Kajian Kreatifitas Seni Obeng
Fakultas Tekhnik Universitas Muria Kudus
tersebut juga diadakan workshop produksi. Dalam sambutannya, Sha Ine berharap
agar para pemuda yang ada di daerah khususnya Kudus mau menghidupkan kembali
seni peran yang ada di Indonesia.
Selain
itu, dengan adanya roadshow ini, dia juga
dapat lebih mengenal masyarakat daerah dan kebudayaannya sebagai inspirasi dan
pengalaman baru. Sha Ine mengaku senang dapat berbagi ilmu dan pengalamannya di
dunia seni peran.
“Sebenarnya
roadshow ini juga merupakan ajang pembelajaaran bagi saya, karena setiap daerah
memiliki kebudayaan yang beragam dan memberikan pengalaman berbeda tentunya
bagi saya,” imbuhnya.
Ketua
Badan Pekerja FASBuK, Arfin Akhmad Maulana menjelaskan, sebagai ruang kerja
fisik dan pemikiran untuk menciptakan inovasi dalam bidang kesusasteraan,
FASBuK menjadi wadah untuk bertukar argumentasi agar khazanah kebudayaan lokal
menjadi semakin kaya.
“Sebagai
ruang apresiasi publik, FASBuK akan selalu menyuguhkan pertunjukan seni yang
memberikan kesadaran untuk saling berbagi pengetahuan dan bertukar pikiran
sebagai perwujudan cita-cita luhur tumbuhnya nilai-nilai kebudayaan masyarakat,”
paparnya.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian menuturkan
bahwa melalui pementasan ini, Sha Ine Febriyanti telah mengenalkan salah
seorang pejuang yang gagah perkasa melawan penjajahan pada masa kolonial. Dari
sini diharapkan para pemuda Kudus terinspirasi untuk mengikuti jejak Cut Nyak Dhien yang tangguh
dan penuh semangat juang.
“Nama
Cut Nyak Dhien yang sudah kita kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar telah
memberikan kita pengetahuan tentang pengalaman menakjubkan yang dialaminya
sebagai perempuan tangguh. Pengalamannya ditinggal orang-orang terkasihnya di
medan perang tak urung memberikannya semangat untuk terus memberantas
penjajahan yang dialami bangsanya, pementasan ini diharapkan mampu memberikan
pengetahuan dan inspirasi pada para pemuda,” pungkasnya. (Ris)