KUDUS, PARIST.ID — Bulan Agustus adalah bulan yang
bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Beragam cara perayaan digelar di seluruh pelosok
negeri guna membangkitkan semangat perjuangan pahlawan yang telah berjuang.
Peringatan hari kemerdekaan juga di rayakan oleh Forum
Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK) di auditorium Universitas Muria
Kudus (UMK) Senin (27/08/2018) malam. Dengan tema “Membaca Makna”, FASBuK ingin
mengajak seluruh penonton agar mampu membaca setiap makna dari kemerdakaan
tersebut, bukan hanya kegiatan-kegiatan, perayaan, atau teriakan-teriakan
kemerdekaan.
“Kalau kita lihat, moment agustusan banyak kegiatan yang
diselenggarakan. Apakah itu hanya sekedar kegiatan, terus teriakan-teriakan merdeka saja?
Tapi makna apa yang harus kita baca, setelah membaca kemudian kita pahami,
merenungkan, setelah itu apa yang bisa kita keluarkan,” kata
Arfin Akhmad Maulana, ketua badan kerja FASBuK.
FASBuK edisi bulan ini menampilkan pertunjukan Musik, Puisi,
Cerpen, dan Diskusi dari tiga komunitas. Yaitu ada Rayhan M Abdurrohman dari
Komunitas Fiksi Kudus (KOFIKU) yang membacakan cerpen, Eko Fery Febryanto dari
Kelompok Kajian Seni Kreatif OBENG, dan juga Ahmad Junnanda dan Miladina Noor
yang membacakan puisi di iringi drama teaterikal dari teater Keris Nalumsari,
Jepara.
Menurut Rayhan, salah satu penampil, arti kemerdekaan bagi
setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengartikan rakyat sudah merdeka jikalau
harga-harga sembako murah, bahan bakar minyak (BBM) murah, dan lain-lain. Adapula
yang mengartikan kita masih dijajah bangsa sendiri, merdeka itu ketika sudah
tidak ada korupsi. Namun menurutnya, Indonesia sudah merdeka dengan apapun
kondisinya, karena perjuangan pahlawan-pahlawan yang sudah memperjuangkan
bangsa Indonesia harus dihargai.
Dalam penampilan kali ini, pria asli kelahiran kudus itu
menampilkan cerpen karyanya sendiri. Ia merasa tertantang ketika di minta tim
FASBuK untuk tampil di hadapan banyak orang, karena ia belum pernah tampil di
atas panggung sebelumnya.
“Sebetulnya mikir-mikir juga, ketika di minta FASBuK untuk
tampil, kira2 bisa gak ya saya jadi pementas? Jujur saya Lebih tertantang
mementaskan daripada menulis. Karena mementaskan di hadapan banyak orang, kalau
menulis bisa sendiri di dalam kamar mencari inspirasi. Kalau mementaskan
Menghindari kesalahan, tapi kalau menulis ketika ada yang salah bisa di edit,”
ujar pria yang juga menjadi ketua KOFIKU itu waktu sesi diskusi.
Hal senada tampaknya juga dirasakan oleh Eko fery febryanto.
Ia baru pertama kali tampil membacakan cerpen di depan banyak orang di panggung
FASBuK. Sebelumnya ia lebih sering bermain teater.
“Cerpen yang saya bawakan tadi karya teman saya sendiri, ceritanya
tentang orang korupsi yang sudah dalam penjara. Ini adalah pertama kali saya
baca cerpen, biasanya hanya tampil main
teater,” jelasnya. (rif)