PARIST.ID,KAMPUS - Ada tiga penyebab menurunnya politik islam dalam dinamika politik Indonesia. Pertama, tidak optimalnya partai islam atau elit tokoh islam kekinian dalam meyakinkan nilai pembeda di tengah pasar pemilih. Kedua, Partai islam gagal mengelola harapan publik dalam fungsinya di tengah konstituen. Ketiga, memudarnya basis ideologis dalam perjuangan partai-partai Islam.
Demikian itu mengemuka dalam seminar nasional bertajuk “Dinamika Politik Islam dalam Konstelasi Indonesia” di IAIN Kudus, Rabu (08/08/18).
"Seperti kasus haji bodong yang pernah terjadi di Indonesia, partai-partai islam tidak muncul dan ikut berpartisipasi dengan isu-isu yang sebenarnya lebih condong pada politik Islam," kata Gun Gun Heryanto, pakar komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta di Aula Rektorat lantai 3 IAIN Kudus.
Menurutnya, kekuatan politik Islam seperti partai, figur dan ormas terletak pada cara mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satunya bisa diwujudkan dengan partisipasi positif para aktor politik Islam terhadap rentetan kasus yang melibatkan emosi umat.
"Realitanya, kekuatan politik islam sejak orde baru tidak pernah berhasil menjadi pemain atau aktor utama dalam politik Indonesia," tuturnya.
Selain itu, kata Gun, kemajuan politik Islam sangat dipengaruhi penilaian masyarakat mengenai tiga hal pokok berupa working in public, islamic value dan ethics. Ketiganya merupakan poros utama untuk mengembangkan reputasi di mata publik.
"Politik islam perlu mengembangkan reputasi kekuatan politik di Indonesia," jelas Gun.
Hanya saja, Gun menambahkan, ada persoalan klasik yang mengakibatkan politik Islam di Indonesia sulit berkembang. Salah satunya ialah pertarungan ideologi antara Islam dan negara, keduanya terus menerus dibenturkan hingga kepercayaan terhadap politik Islam tergerus.
“Padahal dalam politik di Indonesia, Islam merupakan variabel pokok yang tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.
Sementara, Masturin, Ketua Jurusan Dakwah dan Komunikasi IAIN Kudus, mengapresiasi seminar ini sebagai gerbang awal perkuliahan program studi (prodi) Pemikiran Politik Islam (PPI). Ia juga mengatakan pada tahun ini prodi PPI menerima mahasiswa baru sejumlah 120 orang.
“Semoga adanya seminar ini bisa lebih mengangkat kualitas prodi PPI menjadi lebih baik lagi,” harapnya diamini seratusan lebih peserta seminar.(Falis/rid)