PARIST.ID, MALAYSIA-
Mempelajari budaya akademik kampus negara lain merupakan hal yang sangat penting
sebagai upaya perbandingan dan perbaikan budaya akademik dalam negeri. Selain itu,
era globalisasi juga menuntut setiap kampus di setiap negara untuk membuka diri terhadap
kebudayaan-kebudayaan negara lain agar tidak terjadi cultur shock (kekagetan
budaya: red).
Pernyataan itu disampaikan Mashitoh Ya’qub, Pemangku Pengarah
Institut Islam Hadhari Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) saat menerima
kunjungan civitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di
bawah nauangan Kementerian Agama, Selasa (27/11) di Kampus UKM Bangi Malaysia.
Mashitoh menyambut baik kegiatan Student Mobility Program
dari Kementerian Agama karena sangat penting untuk memperkuat jaringan antar
perguruan tinggi lintas negara dan dapat memperkuat pendidikan, penyelidikan
dan giat kepada masyarakat.
“UKM memiliki pusat Student Mobility Program antar pelajar
yang di sebut Global UKM dan telah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi
antar negara-negara Asean dan Eropa”, kata Mashitoh.
Selain persoalan akademik, isu-isu kemahasiswaan yang cukup menarik juga
diperbincangkan dalam kunjungan tersebut. Di antaranya ialah soal organisasi
kemahasiswaan, suksesi organisasi, anggaran kegiatan, isu radikalisme dan terorisme,
tata cara berpakaian, dan penghargaan kepada aktivitas kemahasiswaan.
Terkait dengan optimalisasi aktivtas kemahasiswaan, UKM memadukan
antara kegiatan co kurikuler (non akademik: red) dan akademik. Mahasiswa yang
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan (non akademik) diberikan pengakuan dalam
sistem kredit kurikulum yang mencapai 120 SKS.
Mashitoh juga memaparkan, untuk jurusan non profesional seperti
politik dan sosial humaniora dapat mencapai 40 kredit, sedangkan jurusan
profesional, sains misalnya diakui 30 kredit. Oleh sebab itulah, mahasiswa dapat
termotivasi untuk mengambil kursus-kursus akademik dan non akademik seperti
seni budaya, fotografi, kursus motor gede dan lain-lain.
Ia menambahkan, sejak tahu 2011, Kementerian Pelajaran Malaysia
telah menjadikan sistem terpadu ini sebagai model pembelajaran bagi seluruh
perguruan tinggi di Malaysia.
Terkait pembiayaan kegiatan kemahasiswaan, mahasiswa mencari
anggaran dana untuk membiayai dirinya sendiri dengan pihak tertentu (sponsorship:
red) dan terdapat anggaran dari kampus UKM sendiri. Tetapi tidak mudah menerima
begitu saja, harus dengan mengajukan proposal yang akuntabel dan realistis.
Syafriansyah, Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktur
Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam berharap agar mahasiswa termotivasi dan
terinspirasi dan dapat mengambil manfaat dari kegiatan student mobiity program
di UKM.
“Mahasiswa sebagai calon para pimpinan tertinggi diharapkan mampu
mengambil banyak hal sebagai sesama bangsa serumpun dalam mengembangkan dunia
kemahasiswaannya,” harapnya.
Kegiatan studen Mobility Program dilaksanakan pada tanggal
25 Noveber sampai dengan 1 Desember 2018 dan diikuti oleh Pimpinan Organisasi
kemahasiswaan dan Wakil Rektor/Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
PTKIN. Selain ke UKM, kegiatan ini juga ke Institut Pengajian Tinggi Al-Zuhri,
Unversitas Selangor dan Universitas Fathoni Thailan. (RB/red)