UNDAAN, PARIST.ID - Pemerintah Desa (Pemdes) Medini, Kecamatan Undaan saat ini mulai gencar melakukan pengembangan potensi-potensi yang dimiliki. Hal ini dilakukan dalam rangka upaya untuk membangun desa mandiri sesuai dengan kearifan lokal setempat. Mulai dari potensi produk-produk unggulan, kesenian, potensi wisata, hingga cerita sejarah yang dirasa unik.
Kepala Desa Medini Agus Sugiyanto mengungkapkan, Desa Medini memiliki cukup banyak potensi yang bisa diangkat dan dikembangkan. Namun diakuinya memang belum banyak yang benar-benar fokus digarap.
"Di sini sudah sempat dikembangkan kerajinan akrilik oleh ibu-ibu PKK. Namun sekarang terhenti karena ada problem pemasaran. Tapi ada juga satu potensi, yang tetap kami lestarikan" katanya saat membuka acara bedah buku Yang Asing Di Kampung Sendiri kemarin.
Terbang papar menjadi salah satu potensi kesenian yang sampai saat ini masih eksis di desa ini. Bahkan dalam acara yang diselenggarakan di aula balaidesa Medini kemarin, terbang papat dihadirkan.
"Saya ucapkan terimakasih yang tak terkira kepada Islakhul Muttaqin yang sudah bersedia mendokumentasikan cerita Desa Gabus yang dulu memang merupakan bagian dari Desa Medini," katanya.
Pihak desa mengapresiasi terbitnya buku bergenre prosa jurnalisme yang di garap oleh pemuda Kudus. Menurutnya, sejarah merupakan bagian dari aset desa yang perlu dilestarikan. Ia juga berharap pemuda setempat agar bisa giat berliterasi.
Pegiat kesenian dan tradisi lokal Sutiono yang juga menjadi pembedah dalam acara itu juga mengapresiasi karya yang turut mendokumentasikan cerita desanya.
"Menurut saya buku ini memiliki esensi bahwa generasi muda di Kudus ingin berkembang dan memajukan desanya. Ini yang perlu kita apresiasi," ujarnya.
Ia berharap momen kelahiran buku ini juga bisa digunakan untuk menggarap desa wisata melalui potensi-potensi yang sudah ada. Tentunya dengan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkompeten.
"Umpan yang baik untuk membangun desa mandiri sesuai dengan kearifan lokal", imbuhnya.
Salah satu penulis Noor Syafaatul Udhma menjelaskan penulis sengaja memilih genre jurnalisme naratif karena saat ini genre ini cukup diminati pasar.
"Model tulisan seperti secara penyajian lebih luwes. Tapi semuanya berdasarkan fakta yang keabsahannya bisa dipertanggungjawabkan," tandasnya. (Red)