Sentul, PARIST.ID - Atas dasar pendidikan dan kemanusiaan, pegawai Ditjen Pendis tidak boleh hanya berperan sebagai birokrat, tetapi juga harus andil serta dalam membangun peradaban. Terutama peradaban di ranah pendidikan.
Hal itu dinyatakan oleh Mentri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam Talkshow Rapat Pimpinan Ditjen Pendidikan di Sentul City Bogor, Selasa (21/1/2019).
Dia menuturkan, manusia telah diberikan kesempatan oleh Tuhan sebagai bagian penting dalam proses yang sangat mulia mengembangkan peradaban dunia. Dalam Talkshow yang dipandu oleh Najeela Syihab itu, Menteri Agama tampil gayeng dan berbicara cukup komplek terkait pendidikan Islam. Dari mulai madrasah, nasib guru, pendidikan tinggi keagamaan Islam, PAI pada sekolah sampai pada pondok pesantren.
Lukman mengajak para Pejabat Eselon I, II, III dan IV dilingkungan Ditjen Pendidikan Islam untuk melakukan kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan pendidikan Islam. “Rutinitas di birokrasi kerap kali mengganggu kita untuk melakukan pelbagai inovasi yang dibutuhkan”, ungkapnya.
Dalam konteks melaksanakan optimalisasi pelayanan, Lukman Hakim menekankan pentingnya melakukan budaya keagamaan, budaya akademis dan budaya digital. Budaya keagamaan berarti membiasakan cara berpikir dan berbuat dengan nilai-nilai agama untuk mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Budaya akademik akan memandu kita melakukan kreatifitas dan inovasi dengan memberdayakan potensi yang ada.
Menteri Agama menekankan perlunya mengembangkan kepemimpinan partisipatoris. Sebab, selama ini kita terjebak pada kultur birokrasi yang kadang menganggap atasan seperti dewa, maka gagasan tidak akan muncul dari bawahan.
Dia optimis dengan kualitas dan komitmen seluruh ASN Pendis, masa depan pendidikan Islam akan lebih baik dan masyarakat pendidikan Islam akan merasakan dampaknya.
Kamaruddin Amin, selaku Dirjen Pendidikan Islam bertekad ingin menuntaskan tunjangan sertifikasi guru dilingkungan Pendidikan Islam. “Kita ingin agar masalah sertifikasi guru bisa dituntaskan pada tahun 2019 sehingga kita beranjak pada masalah-masalah lain yang tak kalah pentngnya”, kata Kamar.
Kamaruddin meminta kepada jajarannya agar melihat Renstra Pendidikan Islam dan RPJMN tentang target dan capaian, berapa guru yang telah tersertifikasi, Prodi PTKI yang terakreditasi B pada tahun 2019. Terkait dengan pengembangan pondok pesantren, Pihaknya ingin merealisasikan Program Mencetak 5000 Kyai.
Rapim Ditjen Pendidikan Islam diikuti oleh 300 orang terdiri dari Pejabat Eselon I, II, III dan IV serta beberapa Jabatan Fungsional Umum Pendidikan Islam. Tampak hadir Imam Safe’i Sekrearis Ditjen Pendidikan Islam, Suyitno Direktur GTK Madrasah, Ahmad Zayadi Direktur Pdpontren, A. Umar Diirektur KSKK, Rohmat Mulyana Direktur PAI dan Arskal Salim GP Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam. (RB/Red)
Hal itu dinyatakan oleh Mentri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam Talkshow Rapat Pimpinan Ditjen Pendidikan di Sentul City Bogor, Selasa (21/1/2019).
Dia menuturkan, manusia telah diberikan kesempatan oleh Tuhan sebagai bagian penting dalam proses yang sangat mulia mengembangkan peradaban dunia. Dalam Talkshow yang dipandu oleh Najeela Syihab itu, Menteri Agama tampil gayeng dan berbicara cukup komplek terkait pendidikan Islam. Dari mulai madrasah, nasib guru, pendidikan tinggi keagamaan Islam, PAI pada sekolah sampai pada pondok pesantren.
Lukman mengajak para Pejabat Eselon I, II, III dan IV dilingkungan Ditjen Pendidikan Islam untuk melakukan kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan pendidikan Islam. “Rutinitas di birokrasi kerap kali mengganggu kita untuk melakukan pelbagai inovasi yang dibutuhkan”, ungkapnya.
Dalam konteks melaksanakan optimalisasi pelayanan, Lukman Hakim menekankan pentingnya melakukan budaya keagamaan, budaya akademis dan budaya digital. Budaya keagamaan berarti membiasakan cara berpikir dan berbuat dengan nilai-nilai agama untuk mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Budaya akademik akan memandu kita melakukan kreatifitas dan inovasi dengan memberdayakan potensi yang ada.
Menteri Agama menekankan perlunya mengembangkan kepemimpinan partisipatoris. Sebab, selama ini kita terjebak pada kultur birokrasi yang kadang menganggap atasan seperti dewa, maka gagasan tidak akan muncul dari bawahan.
Dia optimis dengan kualitas dan komitmen seluruh ASN Pendis, masa depan pendidikan Islam akan lebih baik dan masyarakat pendidikan Islam akan merasakan dampaknya.
Kamaruddin Amin, selaku Dirjen Pendidikan Islam bertekad ingin menuntaskan tunjangan sertifikasi guru dilingkungan Pendidikan Islam. “Kita ingin agar masalah sertifikasi guru bisa dituntaskan pada tahun 2019 sehingga kita beranjak pada masalah-masalah lain yang tak kalah pentngnya”, kata Kamar.
Kamaruddin meminta kepada jajarannya agar melihat Renstra Pendidikan Islam dan RPJMN tentang target dan capaian, berapa guru yang telah tersertifikasi, Prodi PTKI yang terakreditasi B pada tahun 2019. Terkait dengan pengembangan pondok pesantren, Pihaknya ingin merealisasikan Program Mencetak 5000 Kyai.
Rapim Ditjen Pendidikan Islam diikuti oleh 300 orang terdiri dari Pejabat Eselon I, II, III dan IV serta beberapa Jabatan Fungsional Umum Pendidikan Islam. Tampak hadir Imam Safe’i Sekrearis Ditjen Pendidikan Islam, Suyitno Direktur GTK Madrasah, Ahmad Zayadi Direktur Pdpontren, A. Umar Diirektur KSKK, Rohmat Mulyana Direktur PAI dan Arskal Salim GP Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam. (RB/Red)