KUDUS - Hadir di panggung Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuK), GAGEGO Moesik Kampoeng sukses memukau penonton dengan suguhan musik-musik khas ciptaan mereka. Pertunjukan yang bertajuk "Ngeja Kahanan" tersebut digelar di Auditorium Universitas Muria Kudus, Senin malam (29/07/2019).
Vokalis generasi lama Nursam, menjelaskan bahwa tema "Ngeja Kahanan" yang dimaksud, yaitu menceritakan mengenai alam, manusia dan kehidupan sosial serta berbagai warna persoalan hidup yang ada di masyarakat lewat syair-syairnya.
"Dengan mengeja kita dapat memperhatikan hal-hal yang kecil di sekitar kita dan mengajarkan bahwa semuanya itu tergantung dari sudut pandang," jelas Nursam.
Ia melanjutkan bahwa semua persoalan hidup pun perlu adanya musyawarah untuk mencapai kata mufakat dan tidak hanya menganut ego pribadi.
"Kalau hanya menganut ego masalah tidak akan cepat selesai," tambahnya.
Seperti ada adegan orang mabuk tadi, Nursam mencontohkan, bahwa orang mabuk itu biasa terjadi dan lumrah. Itu sebabnya jangan gumunan dan tergantung bagaimana sudut pandang kita melihatnya.
"Kalau menurut sudut pandang agama mabuk itu dosa. Tapi kalau menurut sudut pandang tanpa agama mabuk itu lumrah. Itu yang ingin kami tunjukkan bahwa semua menurut sudut pandang masing-masing," jelasnya.
Selain itu ia berharap kedepannya GAGEGO dapat tetap eksis dan mengajak para generasi muda baik dari kalangan SMP maupun SMA untuk mengenal grup musik GAGEGO serta syair-syairnya.
"Kami juga memaksa diri untuk membuat album supaya karya kita tidak hilang dan semoga dapat memancarkan energi positif bagi para pendengar," harapnya.
GAGEGO Moesik Kampoeng sendiri merupakan grup musik asal Gabus, Pati. Berawal di tahun 2006 ketika anak-anak Teater Gong Gabus, Pati meramu musik serta bunyi-bunyian dengan lebih sederhana.
"Kesederhanaan baik dari alat musik, lagu dan syairnya menjadi alasan utama mengapa eksistensi GAGEGO Moesik Kampoeng dapat bertahan sampai saat ini," katanya. (Arum)