KAMPUS - Filsuf modern awal membagi manusia menjadi empat tahapan. Pertama, manusia merupakan makhluk jasadiyah atau biologis yang menunjukkan fitrah kemanusiaan dasar seperti kebutuhan makan, minum dan istirahat.
Kedua, manusia sebagai makhluk yang jinak. Artinya manusia merupakan makhluk yang memiliki tata krama dan beradab.
"Manusia diberi akal oleh sang pencipta. Akal ini yang bisa menjadikan manusia sebagai makhluk yang beradab, tidak sombong dan lupa diri," kata Dosen Filsafat, Fahruddin Faiz, dalam acara ngaji filsafat yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (HiMa) Aqidah dan Filsafat Islam di masjid kampus timur IAIN Kudus, Sabtu (28/09/2019).
Fahruddin menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk yang layak menjadi khalifah di bumi, memikul taklif dan amanah dengan akal budinya.
"Hal tersebut menjadi tahapan yang ketiga, yaitu menunjuk pada intelektual manusia karena manusia mempunyai daya pikir yang tidak dimiliki makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Manusia pada tahap ini tidak dibiarkan Tuhan bertindak bebas seperti hewan, melainkan manusia adalah makhluk berkualitas tinggi karena dibekali dengan akal.
"Dengan akal, manusia bisa mengemban tanggung jawab sebagai kholifah yang diberikan oleh Tuhan dengan baik," jelas Fahruddin.
Tahapan terakhir, manusia merupakan makhluk yang hidup berkelompok. Artinya saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri.
"Manusia harus bisa menempatkan empat tahapan tersebut karena manusia ditakdirkan Tuhan sebagai kholifah di muka bumi," jelasnya.
Selain itu, manusia juga harus bersikap rendah hati, karena manusia merupakan makhluk yang dimuliakan, dipercaya dan diberi tanggung jawab oleh Tuhan.
"Untuk itu apapun yang dilakukan manusia akan mendapatkan balasan oleh Tuhan sesuai perbuatannya," katanya. (Rosyid)