KAMPUS - Mahasiswa memiliki peran penting
dalam menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI. Yakni dengan mengetahui makna
kebangsaan dan latar belakang masalah sehingga mampu mengambil keputusan secara
bijak. Selain itu, mahasiswa dituntut menciptakan keamanan dan ketertiban dalam
suatu negara.
Hal tersebut dikatakan oleh Rektor IAIN
Kudus, Mundakir dalam acara halaqah kebangsaan yang bertajuk “Menguatkan
Semangat Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI” yang diadakan oleh Dewan
Eksekutif Mahasisiwa (DEMA) Institut di GOR IAIN Kudus, Senin
(28/10/2019).
Sebab, menurutnya mahasiswa mengetahui
bahwa perbedaan merupakan suatu hal yang biasa dan ada sejak manusia dilahirkan
di muka bumi.
"Dengan adanya perbedaan tidak membuat
semangat dalam berbangsa dan bernegara runtuh, melainkan semakin menguatkan
manusia dalam menjaga dan mempertahankan NKRI," kata Mundakir.
Sedangkan secara realitas, Mundakir
menyebutkan adanya perbedaan di Indonesia terbagi dalam tiga gologan, yaitu
priyai tokoh sekuler yang tidak kental dengan hal-hal yang sifatnya religius,
abangan tidak bersentuhan dengan ajaran agama, dan santri tokoh yang memiliki
sifat religius atau mempertahankan nilai-nilai ajaran agama.
“Kita lahir di Indonesia merupakan sebuah
anugrah dan kodrat. Bangsa Indonesia terkenal multikultural terdiri dari 746
bahasa, 17.508 pulau, 300 etnik dan 1.340 suku yang disatukan dengan ketuhanan
yang Maha Esa dan universum atau menghubung berbagai unsur dari bahasa, adat dan
budaya. Sehingga terciptanya pluralisme dalam suatu bangsa," jelasnya.
Selain itu, menurut Kapolres Kudus, AKBP
Saptono, menjelaskan bahwa ada tiga unsur utama yang mendorong mahasiswa mampu
menjadi rakyat yang kreatif, baik dan mampu memanfaatkan perkembangan IPTEK.
Pertama, bangsa Indonesia lahir dari
Bhineka Tunggal Ika sehingga antar manusia mampu memahami dan mengerti dengan
lainnya.
"Dari lahir kita sudah dibiasakan
dengan perbedaan. Ini yang diharapkan agar bangsa kita menjadi bangsa yang baik,"
jelas Saptono.
Kedua, bangsa Indonesia mampu menghargai
para pejuang muda terdahulu yang menyatukan dalam sumpah pemuda. Ketiga,
sebagai mahasiswa mampu mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang inovatif,
kreatif dan menjadikan lebih baik sesuai dengan role atau peraturan yang ada.
"Mahasiswa harus mampu memanfaatkan
IPTEK sesuai tuntutan zaman," ungkapnya.
Sedangkan Badan Bispanpol Jawa Tengah, Atik
Suniarti berharap mahasiswa mampu mewaspadai dan menghentikan gejolak-gejolak
yang timbul dari golongan-golongan yang berusaha merusak NKRI yang berideologi
pancasila dan UUD 1945.
"Jangan sampai negara kita diporak
pandakan karena tepapar paham radikalisme yang disebarkan oleh golongan
tertentu," harapnya. (Lenny/Azkal)