KAMPUS - Memasuki era 5.0 aktivitas manusia dipermudah melalui data dan internet. Hal itu mengakibatkan perubahan fisik dan psikis yang dapat menurunkan kesehatan reproduksi manusia.
"Aktivitas gerak yang kurang, lebih sering mengkonsumsi gizi instan, perasaan yang berubah-ubah, dan kurang berinteraksi langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi," kata Aktivis Dinas Sosial, Yudo Sutrisno, dalam seminar “Kesehatan Reproduksi Remaja di Era 5.0” yang diselenggarakan oleh Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) Ar-Rusyd bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Olahraga IAIN Kudus di gedung SBSN lantai 1, Selasa (01/10/19).
Maka, generasi muda harus memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk menghadapi era digital.
“Generasi muda harus berfikir kritis, kreatif, menguasai internet, dan mampu menyelesaikan permasalahan," tambahnya.
Untuk itu, generasi muda harus memiliki empat sikap, yaitu sikap Learning and Viseoner, objektif dan adaptif, mempunyai nilai atau integritas, dan selalu mengingat Tuhan.
"Keempat hal tersebut yang akan membantu kalian dalam menghadapi era 5.0 nantinya,"
jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, aktivis gender IAIN Kudus, Izah Ulya Qadam menyampaikan untuk menanggapi fenomena tersebut bisa dilakukan dengan memberikan pendidikan reproduksi pada generasi muda. Menurutnya, pendidikan reproduksi bukanlah hal yang tabu dan sangat penting untuk diberikan.
“Pendidikan reproduksi dan kesehatan reproduksi sangat penting untuk disampaikan pada generasi muda," tuturnya.
Sedangkan untuk mendeteksi permasalahan pada reproduksi, teknologi industri dapat dimanfaatkan.
“Kita jangan sampai diperdaya oleh teknologi. Sebaliknya kita harus memperdaya teknologi. Misalnya, sekarang penyakit kesehatan reproduksi sudah dapat dideteksi melalui diagnosa dari dokter. Itu artinya kita sudah mampu memanfaatkan teknologi,“ katanya. (Hasyim)