KAMPUS - Sebagai minuman yang paling banyak diminum nomor dua di dunia, Menarasikan kopi lokal menjadi langkah awal untuk memperkenalkan kopi lokal agar dikenal sampai internasional. Langkah ini yang dilakukan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Paradigma dalam menarasikan kualitas kopi lereng muria yang belum diketahui banyak orang.
"Banyak orang yang hanya mengenal Kudus sebagai kota kretek maupun santri. Tapi belum banyak yang mengetahui bahwa Kudus punya kopi yang kualitasnya tak kalah bagus dari kopi daerah lain," kata Pimpinan Redakasi LPM Paradigma 2018, Faqih Mansyur Hidayat dalam bedah majalah edisi 33 “Narasi Kopi Lereng Muria” yang diadakan dalam serangkaian acara Haflah Ilmiah Jilid 4 di GOR IAIN Kudus, Selasa (21/10/2019).
Meski begitu, daerah muria yang belum begitu tereksplor menjadi salah satu kendala dalam pembuatan majalah narasi kopi lereng Muria ini.
“Daerah muria yang belum begitu tereksplor sedikit menjadi kendala kami saat melakukan peliputan tentang kopi," ungkap Faqih.
Sementara itu, ahli kopi lereng muria, Dani Dole mengatakan masyarakat lokal Kudus yang tak percaya dengan kualitas kopinya sendiri juga menjadi kendala dalam memperkenalkan kopi lereng muria.
"Kunci utama kesuksesan adalah percaya pada diri sendiri. Kalau kita tidak percaya dengan kualitas kopi kita sendiri bagaimana kopi kita dikenal banyak orang," tuturnya.
Di coffe shop Kudus misalnya, Doni mencontohkan, coffe shop cenderung menggunakan kopi daerah lain daripada kopi daerahnya sendiri. Hal ini dikarenakan paradigma mereka yang menganggap kopi lereng muria belum terkenal dan diragukan kualitasnya.
"Persaingan bisnis dan paradigma yang salah akan mempersulit keyakinan kita pada produk kita sendiri," jelas Doni.
Untuk itu, menurutnya, langkah awal dalam menarasikan kopi lokal harus didukung penuh. Narasi kopi tidak hanya sebatas bagaimana meminum kopi, akan tetapi yang dimaksud menuliskan segala hal tentang kopi mulai dari menanam kopi, mengolah kopi, hingga memproduksi kopi dalam kemasan yang siap di seduh.
"Masyarakat harus diberi pemahaman bahwa memajukan produk lokal adalah hal yang paling utama," tambahnya.
Lebih lanjut, Doni mengatakan bahwa sebagai mahasiswa kita harus berkarya di negeri sendiri dan memberikan citra baik kopi muria kepada masyarakat.
”Tunjukkan kepada seluruh masyarakat bahwa lereng Muria merupakan daerah penghasil kopi dengan kualitas baik," ungkapnya.
Sedangkan, Founder Kopi Tasty Muria Kudus, Shinta Dwi Mutiarani menjelaskan bahwa untuk memperkenalkan kopi muria harus diawali dari petani kopi. Sebab dari langkah awal ini yang akan memperkenalkan kualitas kopi muria.
"Dulu para petani sering memanen kopi sebelum masa panen dan dijual begitu saja ditengkulak. Lebih parahnya tengkulak tidak memberikan label bahwa itu kopi muria," keluhnya.
Itu sebabnya, lanjutnya, kopi muria hilang di pasaran. Petani yang asal-asalan memanen menjadi langkah awal kami untuk memberikan sosialisasi bagaimana proses penanaman, panen, pengolahan sampai berupa produk kepada para petani.
"Alhamdulillah, sekarang sudah ada sekitar 20 UKM kopi lereng muria yang turut memperkenalkan kopi muria," katanya. (Hasyim/Fal)