Judul Buku : Sampah di Laut, Meira
Penulis : Mawan Belgia
Penerbit : Buku Mojok
Cetakan : I, April 2020
Tebal : vi + 246 halaman
ISBN : 978-623-7284-32-1
Resensator : Intan Permatasari
Jika
pesan moral mengenai sampah sering disampaikan secara formal dan
gamblang, tentunya berbeda dengan Mawan Belgia yang ingin mengajak
pembaca agar peduli sampah melalui imajinasi kondangnya. Melalui buku
berjudul “Sampah di Laut, Meira” Mawan berhasil membawakan alur panjang
perjalanan sampah botol plastik yang ia beri nama Cola.
Memilih
genre fiksi, Mawan menggunakan sudut pandang Cola sebagai tokoh utama
yang menyesal sebab hidup diantara manusia yang tidak peduli
lingkungan.
Halaman awal
novel ini kita akan disajikan dengan perjalanan hidup Cola, mulai dari
pabrik, lemari pendingin kemudian mengembara tanpa tujuan. Selayaknya
benda mati yang bergerak hasil dari interaksi manusia Cola tergeletak di
jalan, kemudian terhembus angin, terdampar di tepi pantai, sampai ia
terapung dan tenggelam di lautan.
Dalam
perjalananya, Cola bertemu dengan Meira dan Ohana Adapun Meira
merupakan seorang (roh) yang cukup malang nasibnya Meira ruh dari jiwa
gadis yang dibuang di laut oleh manusia kejam yang telah mencelakainya.
Meira bertemu dengan cola dan berteman baik smpai 40 hari kematian
Meira.
Sedangkan tokoh
Ohana yakni sampah plastik yang senang bernyanyi. Ia merupakan plastik
sampah bekas lotion badan dari Meira yang ikut terbuang di laut. Cola
merupakan merk minuman yang mempunyai pengetahuan luas yang mengalami
banyak pertemuan dan perpisahan. Ohana tidak suka dengan sikap Cola yang
sekan-akan meyombongkan dirinya karena pengetahuan yang dimiliki cola.
_Tak
seburuk nasib Cola, Ohana akhirnya didaur ulang menjadi celengan oleh
seorang gadis pengais sampah. Ohana seperti terlahir kembali, ia menjadi
celengan sederhana yang selalu diisi uang oleh sang gadis. (hlm. 244)_
Meski
diceritakan dalam bab yang berbeda, tokoh Cola, Meira, dan Ohana tentu
memiliki hal yang saling berkaitan. Dalam hal ini, penulis mampu
menceritakan ketiganya tanpa merusak masing-masing bab yang ada.
*Riwayat Sampah Plastik*
Sudah
bakal bisa ditebak jika penulis ingin membahas mirisnya kehidupan
manusia yang tidak mempedulikan lingkunganya. Sejatinya sampah tidak
akan menjadi sumber masalah jika manusia mau mengelolanya dengan baik.
Dalam
buku ini, sang penulis Mawan Belgia tidak hanya menceritakan sampah
dari genre fiksi. Ia juga menyelipkan informasi mengenai macam-macam
sampah yang terbagi menjadi dua yaitu sampah yang mudah terurai dan
sampah yang sulit terurai.
Tokoh
Cola selalu diremehkan oleh sampah lain karena dianggap sebagai perusak
lingkungan. Pasalnya, ia termasuk dalam sampah plastik yang sulit
terurai. Dikutip dari BBC.com, sampah plastik membutuhkan waktu 20
hingga 1.000 tahun untuk akhirnya dapat terurai. Hal ini tentu sangat
membahayakan lingkungan.
Menurut
data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RI, produksi sampah
plastik Indonesia menduduki peringkat kedua sampah domestik yaitu 5,4
juta ton per tahun. Tanpa kta sadari, manusia lah yang sesungguhnya
turut andil dalam menambah jumlah sampah plastik dan mencemari
lingkungan sendiri. Sampah plastik memberi sumbangan 90% sampah yang
ada di lautan. Dengan kandungan beracun di dalamnya, bayangkan bahan
kimia dari plastik terurai di laut dan terakan oleh makhluk hidup di
laut.
_Nilai kehidupan
berupa sindiran keras manusia dengan sifat-sifatnya. Sangat banyak
manusia yang beranggapan salah satu cara terbaik untuk memusnahkan
sampah adalah dengan cara membakar. Tapi bagi manusia yang suka membaca
akan menolak pembakaran sebagai cara ampuh untuk mengurangi smpah di mka
bumi. (hlm. 23)_
Selain
memiliki moral value yang begitu kuat dalam tulisanya, Mawan Belgia
juga pandai dalam menyimpan misteri dalam alur ceritanya.
Sayangnya,
terdapat beberapa informasi dan percakapan panjang yang membuat bosan
pembaca. Untuk menikmati buku ini pembaca diharapkan mengolah lebih
fungsi otak kanan sehingga mampu memahami pesan-pesan yang di sampaikan
Mawan Belgia