PATI, PARIST.ID- Ribuan
puing-puing kayu yang tersusun ala kadarnya
menghiasi pekarangan rumah Lasmin (40), warga
Desa Karangrejo Lor, Jakenan, Pati. Suara
bising terdengar dari alat pengais kayu milik Lasmin. Mengenakan
kaos panjang dan bercelana pendek, dengan perlahan ia berupaya
memotong satu demi satu puing-puing kayu menggunakan alatnya. Agar rapi dan tak
bergerigi katanya.
Lek min, sapaan akrab Lasmin,
merupakan seorang pengrajin mebel kayu satu-satunya di Desa Karangrejo. Namun,
ada yang berbeda dari kerajinan buatan Lek min ini. Puing-puing kayu yang
terlihat di depan rumahnya merupakan limbah dari pabrik yang disulapnya menjadi
barang-barang rumah tangga seperti bangku, meja, pagar, almari, jemuran lipat,
hiasan dinding, rak bunga hingga rak tv. “Barang yang dibuang menjadi peluang
untuk saya”, katanya kepada Parist.id
pada Minggu, (20/12).
Dengan
menggunakan kreativitas tangan dan sedikit memainkan
otak, barang yang semula berupa puing-puing berubah menjadi kerajinan mebel berdaya
saing. Unik dan menarik. Meskipun terkesan sederhana, kualitasnya sangat terjamin.
Rizky
Lumintu menjadi nama usaha Lek Min. Dengan
nama rizky lumintu, usaha yang dirintis bersama sang istri ini berharap agar membuahkan
rezeki yang mengalir secara terus-menerus. “Rizky
yang berarti rezeki, sedang Lumintu berasal dari bahasa jawa yang berarti mengalir, Amiin,” ujar Lek Min.
Dengan
modal terbatas, ia gunakan untuk membeli kayu
limbah sebanyak satu truk sebagai bahan dasarnya beserta alat-alat pengais
kayu. Ada bermacam-macam kayu yang dapat digunakan untuk membuat perabotan
rumah. Di antara jenis kayu yang digunakan Lek Min
seperti kruing, bengkirai, meranti dan meranti batu. Namun, dari beberapa jenis
kayu tersebut yang paling sering digunakan adalah jenis kruing. “Selain murah, kualitas kayu kruing lebih bagus
dan tidak gampang pecah serta mempunyai warna yang lebih bagus dibandingkan
dengan jenis kayu lainnya,” paparnya.
Dalam
satu hari Lek Min mampu
menghasilkan karya perabot bangku 7, pagar sebanyak 25 hingga 35 jenis.
Pembuatannya juga disesuaikan dengan permintaan pesanan dari pelanggan. Ia rela
kerja dari pagi ke pagi lagi. Namun, hal
itu tidak membuat semangatnya goyah. Bahkan ia bersyukur jika ada banyak
pesanan datang.
Setiap
kerajinan yang dihasilkan memiliki kualitas dan harga masing-masing. Mulai dari
100-200 ribu sesuai pesanan. “Semua harga tidak sama tergantung ukuran dan
kebutuhan konsumen, harganya ngikut,” jelasnya.
Sistem
penjualannya selain menggunakan jasa reseller, Lek Min juga memasang
baliho di jalan raya. Selain itu, agar lebih mudah jangkauan pemesanan luar
daerah Lek Min juga memanfaatkan media sosial seperti Facebook untuk pemasaran
online. Dari situlah banyak pesanan masuk yang berasal dari luar daerah seperti
Pati Kota, Rembang, Demak bahkan Kudus.
Dari Nol
Usaha
yang dirintis sejak tahun 2017 ini memang dimulai dari
nol oleh Lek Min dan istri. Hal tersebut pun sudah
membawa perubahan bagi kehidupan keluarganya. Lek Min yang
dulunya hanya karyawan salah satu perusahaan di bidang yang sama memutuskan
untuk berhenti dan membangun usaha sendiri bersama istrinya. “Usaha yang
berdasarkan kemampuan saya sendiri seperti inilah yang saya idam-idamkan sejak
kecil,” tuturnya sambil memaku pagar pesanan pelanggan.
Kemampuan
yang sudah dimiliki sebagai tukang kayu dan juga mempunyai pengalaman kerja
masa lalu menjadikan pekerjaan tersebut suatu hobi bagi bapak beranak dua ini.
Menurutnya, bekerja berdasarkan hobi itu suatu saat sampai kapan pun tidak akan
pernah bosan, apalagi usaha milik diri sendiri. “Bekerja ya monggo tidak ya monggo, bekerja sendiri itu tidak ada tekanan, jadi lebih enak dan
menyenangkan dalam menyelesaikannya,” kata
Lek Min.
Berdasarkan
wawancara bersama istrinya, Eny Sumiah (38), ia memaparkan
bahwa tidak mudah membuka usaha dengan modal terbatas. Selain itu, karena baru
pertama kali buka tentu dalam mencari pelanggan pun kesusahan. “Tantangannya
itu mencari pedagang yang mau diajak kerja sama menjualkan kembali barang dari
kami”, tambahnya.
Meskipun begitu, ia tetap semangat merintis usaha dari
nol bersama suami. Ia pun berharap agar usahanya bisa menjadi inspirasi anak
muda sekarang, agar tetap semangat untuk berinovasi di bidang usaha apapun. “Kalau tidak dimulai dan gampang menyerah ya
bakal bergantung terus.” kata istri Lek Min mengakhiri obrolan. (Rodhi)