Judul buku : Wanita Tidak Selalu Perihal Cantik-Cantiknya Saja
Penulis :
Zehan Zareez
Penerbit :
CV Kanaka Media
Tahun :
Cet 1, Januari 2020
Halaman :
x + 123 halaman
ISBN :
978-623-7569-99-2
Resensator :
Dhea Oktaviana*
Belakangan viral pelesetan dari 'harta, tahta, dan
wanita' hingga jadi meme yang bertebaran di media sosial. Meme
pelesetan ini biasanya mengganti tulisan terakhir yaitu wanita, dan digantikan
dengan tulisan nyentrik lain. Sebenarnya, maksud dari istilah ini adalah tiga hal menjadi godaan untuk
laki-laki. Harta adalah segala yang berhubungan dengan kebendaan bisa berupa
uang, mobil, rumah dan lain sebagainya. Tahta adalah segala yang berkaitan dengan kekuasaan.
Sedangkan wanita adalah segala yang berkaitan dengan lawan jenisnya yakni
wanita.
Perbincangan perihal wanita memang selalu
menarik semua orang, halnya Zehan Zareez, nama pena penulis terkemuka Dzihan
Zahris Zaman, populer dengan buku yang baru dirilisnya Januari 2020 lalu. Buku
berjudul “Wanita Tidak Perihal Selalu Cantik-Cantiknya Saja” mampu menarik perhatian
masyarakat luas. Cak Zehan, sapaan akrab Zehan Zareez, membutuhkan kurun waktu
satu tahun lebih 4 bulan. Satu tahun ia gunakan untuk merenung dan mengumpulkan
data dan empat bulan ia gunakan untuk mematangkan data tersebut.
Seperti judulnya, penulis kelahiran Lamongan
yang juga sebagai santri dan PW LP Maarif NU Jawa Timur, PC RMI NU Lamongan ini ingin
mengubah paradigma mengenai wanita yang dipadang hanya dari fisik
(cantik)nya saja, akan tetapi lebih dari itu wanita cantik bukan dari fisik
melainkan juga akhlak.
Faktanya, wanita dan segala perangainya selama
ini dianggap sebagai hal yang sulit untuk dimengerti. Padahal, jika dipelajari
lebih dalam lagi, terdapat berbagai keistimewaan dalam setiap diri wanita. Sayang,
banyak laki-laki yang belum mampu memahaminya. Jangankan laki-laki, bahkan
wanita sendiri pun terkadang tidak menyadari letak keistimewaan dirinya. Padahal
keistimewaan wanita bisa menjadi anugerah bagi laki-laki jika mampu memahaminya
Laki-laki dan wanita sejatinya sama, yang
membedakan adalah pandangan mereka saja. Laki-laki memandang wanita dengan
kacamatanya sebagai laki-laki, wanita memandang laki-laki dengan kacamatanya
sebagai wanita. Karena itu lahirlah opini-opini yang membedakan antara
laki-laki dan wanita.
Figur Nabi Adam AS sebagai seorang lelaki
dilambangkan dengan sikap maskulinnya. Sedangkan lawannya, Siti Hawa
melambangkan sosok yang feminis. Maka terdapat pula istilah bahwa perempuan
adalah makhluk hati, sedangkan laki-laki adalah makhluk logika.
Rasa dan Wanita
Wanita merupakan makhluk yang selalu
mengutamakan perasaannya, maka tak heran jika wanita sangat mudah tersentuh
dengan hal-hal yang tergolong biasa saja menurut laki-laki. Berangkat dari
perbedaan ini, munculah konsep bahwa laki-laki tugasnya adalah memilih, lalu
wanita hanya menerima begitu saja. Padahal hakikatnya lelaki bukan memilih,
tapi ia akan terpilih sebagaimana ia menjadi. Seperti apa wanita yang ingin ia
dapatkan, maka seperti itu pulalah dirinya.
Tak hanya keistimewaan fisik yang mampu
menarik hasrat laki-laki, wanita perasaannya juga memiliki keistimewaan
tersendiri yang sulit di mengerti. “Pada bagian tepi kanan dada sedikit ke
atas, tersinyalisasi mampu menampung milyard-an liter air mata,
sedangkan tepi kirinya yang sedikit ke bawah terdapat tikar rebah yang sengaja
di pugar untuk menikmati gundah dan kecewa. Ruang sebelah kanan dibuat sedikit
longgar, cukup kuat digunakan melakukan kekuatan rindu --- sejajar dengan kiri
tengah yang tak lebar, namun mampu menopang kobaran api cemburu.” (hlm 6).
Telak! Wanita adalah makhluk istimewa dari segi fisik maupun hatinya.
Wanita dan keistimewaannya harus dijaga dengan
baik, apa yang menjadi hartanya pun telah diatur dengan baik oleh Sang Maha
Kuasa, baik caranya bersikap maupun bergaya pakaian. Laki-laki tentu harus
memilih wanita yang mampu menjaga martabatnya melalui caranya berbusana. Wanita
dengan busana serba minim sudah kian merajalela, maka temukanlah wanita yang
unik. Wanita yang tak suka menampakkan lekuk tubuhnya pada seseorang yang bukan
mahramnya, wanita yang menjulurkan busananya untuk menutupi harta berharganya.
Wanita dengan tangis dan amarahnya juga
menarik untuk dipahami, wanita tak butuh harta, kekayaan, dan aset berharga
lainnya. Cukup laki-laki menganggap wanitanya sebagai aset berharga yang
dimilikinya. Cukup mempercayainya dengan terbuka terhadapn kehidupannya, wanita
menanti setiap keluh kesah dari lelakinya, ia ada untuk menenangkan lelakinya.
Pastikan laki-laki juga mampu memahami penderitaan wanita dengan selalu ada di saat
masa-masa tersulit dihidupnya.
Wanita diciptakan sebagai lawan dari
laki-laki, wanita juga diciptakan sebagai penyeimbang bagi laki-laki. Sebagai
mana ada hitam ada putih, ada tinggi ada pendek, ada bersih ada kotor.
Bayangkan saja saat sembilan akal yang dimiliki laki-laki bertemu dengan sembilan
akal dari laki-laki lainnya, mungkin tak akan ada istilah cinta, kasih sayang,
patih hati, dan lain sebagainya. Dunia terasa lurus-lurus saja, bahkan manusia
cenderung saling menjatuhkan dengan banyaknya akal yang di milikinya. Disinilah
salah satu letak keistimewaannya, sembilan akal laki-laki mampu diredam dengan
satu akal wanita beserta sembilan nafsu yang di milikinya.
Berbagai keistimewaan wanita yang diungkap
oleh penulis sungguh mampu membuat takjub, namun tak lantas membuat kita
memandang bahwa wanita lebih tinggi dari lelaki. Bagaimana perangai wanita dan
usaha laki-laki untuk memahaminya dijelaskan secara selaras, seolah-olah
mendamaikan perbedaan antara keduanya. Kosa kata indah di setiap halamannya
seolah-olah menyihir pembaca untuk ikut terjun ke dalam cerita.
Berbagai ilustrasi yang selaras dengan pokok
pembahasan memudahkan pembaca untuk memahami penjelasan dalam buku. Menariknya,
penulis dalam buku ini menyertakan beberapa bait puisi pada awal dan akhir
halaman. Buku ini sangat menarik di baca bagi para laki-laki yang ingin
memahami tentang wanita, ataupun wanita yang ingin mengerti bagaimana
seharusnya ia berperilaku sesuai jati dirinya sebagai
wanita baik dari segi agama maupun segi psikologisnya. []
*Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam semester 3