Kami Negara?
Kami negara!
Yang bisa kau sebut apa saja
Maritim, agraria, apa lagi?
Apa lagi?
Sebut saja, sebut
Tanah surga?
Ya, bisa
Bisa
Tapi tak baik mengkapling surga
Menjadikan bedeng-bedeng kemajuan
Membatasinya dengan tembok-tembok
Yang kian menjauhkan manusia dari manusia
Pohon-pohon surga hijrah
Gedung-gedung neraka mencakari
Nurani kami sebagai negara surga!
Kami negara?
Atau penjara
Pati, 2020
Pantura
Bagian utara
Ukir hilang
Pahat patah
Wayang terpasung
Mandaling tamat
Apalagi?
Santri terpojok
Kiai dicurangi
Kertas suara berbayar
Uang menjadi maha esa
Kerajinan sekarat
Pabrik-pabrik asing menjamur.
Sarjana-sarjana
Berseragam asing
Bagi tanah pertiwi
Yang telah lama mati!
Bernyanyi bersama sekarang ini!
Bagimu luar negeri
Jubah kebesaran kami
Pati, 2020
Layar
kaca
Mari
bercermin!
Saudara-saudara sebangsa dan setanah pribumi!
Melihat diri bangsa pada diri sendiri
Di mana mata kemana hati
Di mana kata kemana janji
Di mana muka kemana pergi
Wahai diri-diri bangsa yang berkata merdeka!
Sila berekspresi di altarnya
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan”
Seperti yel-yel yang tak pernah terjadi dan
slogan yang terus-menerus terkhianati.
Senayan berkacalah!
Sebelum kaca rakyat tak mengenal
kemanusiaanmu!
Pati, 18 November 2020
Gus
Gus…
Sore tadi Ning ke pasar
Membeli sebesek tanya
Gus… Tolong
Bagi kunci jawabnya
Pakaian seperti apa yang surga?
Bentuk muka seperti apa yang neraka?
Di pasar tadi ulama tawar-menawar surga-neraka
Dan kubeli sebesek tanya
Maka jawablah Gus
Agar benar aku menawarnya untuk esok hari.
Pati, 2020
Biodata Penulis
Nama Junaidi berasal dari Pati, ikut aktif menulis di Jagong Sastra Kudus bersama Jumari HS, beberapa puisinya termuat di Tajug.net, AyoKeSekolah.com, majalah Suluh, Akarrantingdaun.com, suarr.id, beberapa puisi diterbitkan diantologi bersama, Boeng!. Dan sedang menyiapkan antologi tunggal. Bisa dihubungi di junaidisalat7@gmail.com. FB Juna Sa.