Foto: Istimewa |
Nasional, PARIST.ID - Munculnya banyak tokoh dan influencer yang mengaku sebagai ahli mengharuskan media lebih cermat dalam menyampaikan informasi. Dalam Webinar yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini, pemateri menyampaikan pentingnya menyelidiki track record narasumber.
AJI Indonesia dengan dukungan Google News Initiative (GNI) menyelenggarakan serangkaian Webinar dengan tema "Melawan Infodemi Covid-19". Pada Webinar ke-lima yang berjudul "Memverifikasi Narasumber Ahli di Masa Pandemi" ini telah berlangsung pada Jum'at (19/02/2021) melalui Zoom Meeting dan streaming YouTube.
Managing Editor Kompas.com, Heru Margianto mengatakan ada beberapa tahap pengecekan dalam memverifikasi narasumber ahli. Menurutnya, proses ini bertujuan untuk mempertegas kelayakan narasumber sebagai ahli.
"Untuk penegasan narasumber layak atau tidaknya bisa melakukan beberapa pengecekan," kata Heru.
Setelah melakukan pengecekan, Heru menyampaikan salah satu titik poin dalam memverifikasi ahli adalah melalui profilnya.
“Melihat profil dan karyanya, pengalaman lembaga tempat bernaung dan yang penting pengakuan orang lain," paparnya.
Selanjutnya, terkait maraknya penyebaran informasi di media, Iqbal Elyazar, Akademi Ilmuwan Muda Indonesia/Eijkman mengungkapkan agar masyarakat lebih cermat dalam menerima informasi. Iqbal menjelaskan bahwa pandemi dapat merubah kurikulum kesehatan menjadi tidak relatif lagi.
"Kita harus cermat dalam menerima dan meneruskan informasi," ungkap Iqbal.
Sementara itu, ketika ada dua ahli yang memiliki statement berbeda, Iqbal mengatakan hal tersebut adalah wajar. Menurutnya itu merupakan bagian dari dinamika pemahaman manusia.
"Tidak ada yang salah, karena dua statement tersebut merupakan bagian dari dinamika pemahaman manusia", jelasnya.
Sedangkan dari segi keilmuan, Iqbal mengungkapkan perbedaan pendapat itu natural dan harus ada.
"Kita tidak boleh kritis tapi tidak boleh membungkam yang kritis karena tidak setuju," pungkasnya.
Reporter : Olif
Editor : Windy