SEMPIT : Ukuran yang kecil dan posisi bak sampah yang berada di dekat pedagang mengganggu aktifitas jual beli di Pasar Djarum Megawon, Jum'at (19/03/2021). Foto: Hima/Magang |
Kudus, parist.id – Kebersihan pasar menjadi tanggung jawab semua pedagang dan pengunjung. Pasar Djarum Megawon termasuk salah satu pasar tradisional yang kesadaran kebersihannya kurang. Meski rutin dibersihkan, beberapa pedagang masih mengeluhkan kebersihan pasar.
Jamiah (50), salah satu penyapu pasar yang telah bekerja selama 5 tahun mengaku setiap hari membersihkan pasar mulai pukul 4 sore sampai menjelang maghrib. Sebagai tukang sapu ia hanya membersihkan atau mengumpulkan sisa sampah dari para pedagang.
“Saya bersihkan setiap hari, lalu (sampah itu –red) dibuang ke TPA oleh petugas dua hari sekali,” tuturnya saat kami temui di rumahnya, Jum’at (19/03/2021).
Di sisi lain, keberadaan bak sampah di Pasar Djarum Megawon ternyata kurang terkondisikan. Masih adanya sampah yang tercecer di luar bak menyebabkan sebagian pedagang di sekitar bak merasa terganggu dengan bau sampah yang tidak sedap. Pedagang terpaksa harus membersihkan sampah-sampah tersebut sebelum berjualan.
Kusti (61), pedagang yang berlapak di depan Bak Sampah, rela datang setiap hari pukul 06.30 WIB untuk membersihkan lapaknya.
"Ya, saya bersihkan dulu. Kalau bau pembeli pasti terganggu" ungkapnya.
Sebaliknya, hal berbeda justru diungkapkan oleh Asiyah, pedagang yang lapaknya berada di dalam pasar. Menurut Asiyah kebersihan di pasar sudah cukup bersih. Hanya saja di lapak pedagang ikan memang baunya tidak sedap.
“Lapak pedagang ikan sendiri memang bau, jadi sudah biasa. Penjual ikan dan daging sudah membersihkan lapaknya sendiri,” ucapnya.
Untuk biaya kebersihan pasar sendiri pedagang membayar iuran 1000-2000 per hari. Tukang sapu diberi upah dari hasil iuran. Pendapatannya pun tergantung banyakya jumlah pedagang pasar hari itu. (Nada,Hima/Magang)