Jeruji yang Tak Terkunci
Kebebasan yang tak bertepi
Tanpa batas dan tak terkendali
Dalam hidup kau coba mencari-cari
Tentang arti dan sebuah mimpi
Jalan keluar yang terlalu lebar
Kau enggan menelisik justru memilih berlari
Berujung letih dan akhirnya terkapar
Alpa dari apa yang dicari
Jika kehidupan serupa jeruji
Kebebasan adalah kunci
Apakah terus kau paksa kakimu untuk berlari?
keluar dari jeruji yang sebenarnya tak terkunci
Apalagi yang kau harapkan dari sebuah kebebasan?
Tanpa aturan dan bayangan semu tentang masa depan
Bukankah terbebas dari kebebasan itu sendiri
adalah cara terbaik dalam menghargai diri sendiri?
Kudus, 2021
Di Pusara
Kunang-Kunang
Di pagi menyelinap kegulitaan
Menyiar daun kamboja berguguran
Ia kehilangan cahayanya
di saat sang surya
menampakkan tubuhnya
Di tudung biru sana,
Kupu-kupu terbang
begitu indahnya
Menghinggapi bunga-bunga
yang tumbuh di pusara
Di tempat orang-orang dikebumikan;
ada kehidupan yang bergantung pada kematian
Kudus, 2021
Seorang Lelaki dan Kegilaannya
Aroma anggur semerbak menguar di udara.
Merasuk pada bayangan yang terlintas di kepala.
Sebatang tembakau yang terbakar.
Asapnya melukiskan wajah seorang perempuan.
Tergambar nyaris asli seperi lukisan di pameran.
Di saat sedang tinggi-tingginya.
Lelaki itu mulai meracau.
Dengan bahasa yang sulit diterjemahkan.
Puisi-puisi cinta dari penyair tersohor ia bacakan.
Seperti orang gila yang hilang kewarasan.
Dengan suara lantang ia berteriak:
“Kekasih, anggur ini terlalu jujur untuk sepotong hati yang hancur!”
Kudus, 2021
*Muhammad Fatwa Fauzian, Pimpinan Umum LPM Paradigma 2021