Foto: Istimewa |
Oleh: Kustina Candra Ningrum
Teknologi berkembang dari masa ke masa. Di tahun 2015, jaringan akses Long Term Evolution (LTE) atau disebut dengan jaringan 4G sebagai kelanjutan dari jaringan 3G mulai dinikmati oleh pengguna seluler di Indonesia walaupun keberadaan jaringan 4G pada saat itu masih belum merata di beberapa daerah.
Teknologi 4G LTE menawarkan kecepatan yang lebih baik serta efisiensi dalam penggunaan yang jauh lebih besar ketimbang jaringan 3G. Selama satu dekade terakhir, permintaan untuk kecepatan data yang lebih tinggi terus berkembang untuk memenuhi keinginan konsumen agar memiliki kecepatan akses data lebih cepat, lebih aman, dan lebih andal. Hal tersebut mendorong kemunculan teknologi 5G atau Fifth Generation, yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut generasi kelima sebagai fase berikutnya dari standar telekomunikasi seluler yang lebih tinggi dari standar 4G.
Jaringan 5G memiliki beberapa keunggulan, diantaranya kecepatan data sebesar 10 hingga 100 kali lebih cepat dan lebih signifikan dari 4G karena menggunakan gelombang millimeter yang mudah diserap dedaunan dan bangunan, memiliki transfer data dari satu telepon seluler ke telepon seluler lain dengan kecepatan satu milidetik, dan dapat terkoneksi dengan alat seperti telepon, mobil, dan peralatan rumah tangga. Selain itu, teknologi 5G diprediksi memiliki kecepatan sekitar 1-10 Gbps koneksi end point. Dengan kecepatan tersebut, teknologi 5G memungkinkan penggunanya untuk mengunduh 33 film dengan kualitas High Definition (HD) hanya dalam beberapa detik.
Tidak seperti jaringan seluler generasi sebelumnya, jaringan seluler 5G dirancang untuk mendukung banyak perangkat dan aplikasi, seperti Smartwatches, smart car, dan Internet of Things (IoT). Internet of Things (IoT) merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus.
Adapun kemampuan yang ditawarkan, seperti data sharing, remote control, dan sebagainya. Termasuk juga pada benda di dunia nyata, contohnya bahan pangan, elektronik, koleksi dan peralatan apa saja termasuk benda hidup yang tersambung melalui sensor yang tertanam pada perangkat dan selalu aktif. Implementasi Internet of Things (IoT) dapat dilakukan oleh developer dalam mengembangkan sebuah aplikasi yang diciptakan. Sebagai contoh, apabila aplikasi tersebut diciptakan untuk membantu monitoring sebuah ruangan, maka implementasi Internet of Things (IoT) harus mengikuti alur-alur diagram pemograman mengenai sensor dalam sebuah rumah, berapa jauh jarak agar ruangan dapat dikontrol, dan kecepatan jaringan internet yang digunakan. Oleh sebab itu, Internet of Things (IoT) memainkan peran penting dalam desain sistem 5G dan beberapa bagian dari jaringan 5G.
Pengembangan jaringan 5G memiliki target untuk memenuhi peningkatan permintaan kecepatan data yang lebih tinggi, mengurangi latency (interval antara pengirim dan penerima), efisiensi energi yang lebih baik, dan konektivitas yang andal. Beberapa Negara yang sudah menerapkan teknologi 5G, yaitu Qatar, Amerika Serikat, China, Korea selatan, Jepang, Swiss, Inggris, Italia, Australia, Kuwait dan Filipina. Sedangkan Negara-negara yang dalam waktu dekat akan mengadopsi teknologi 5G, yaitu Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia.
Jaringan 5G di Indonesia
Wacana terkait penerapan 5G di Indonesia sudah digadang-gadang akan beroperasi pada tahun 2020. Namun sayangnya, belum ada tanda-tanda kehadiran jaringan 5G di Indonesia. Meski begitu, di tahun 2020 ini beberapa smartphone mengeluarkan produk-produk yang kompatibel dengan jaringan 5G, seperti Oppo Reno 5G, Samsung S10 5G, Xiaomi Mi 9 Pro 5G, LG V50 Thing 5G, Mi Mix 4, Lenovo Z6 Pro, dan Huawei Mate 30. Dilansir dari Tempo.co, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) memperkirakan jaringan 5G masuk Indonesia pada tahun 2022.
Operator seluler di Indonesia sudah mulai uji coba jaringan 5G sejak tahun 2017 namun tidak untuk konsumen komersial karena penggunaan jaringan 5G di kalangan masyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan kebutuhan pasar. Kebanyakan konsumsi penggunaan jaringan 5G berada di sektor industri. Selain itu, terdapat beberapa tantangan dalam implementasi jaringan 5G antara lain ketersediaan spektrum frekuensi, infrastruktur hingga regulasinya agar penerapan 5G dapat lebih efektif dan efisien.
Jaringan 5G membutuhkan banyak Base Transceiver Station (BTS) karena menggunakan gelombang millimeter. Base Transceiver Station (BTS) adalah infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara piranti komunikasi dan jaringan operator. Karena membutuhkan frekuensi yang besar, maka jarak antar BTS juga akan semakin dekat sehingga investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan 5G juga tidak sedikit.
Pemerintah mengaku akan menuntaskan pembangunan 4.000 BTS dan masih terus mengkaji mengenai frekuensi, monetasi atau model bisnis, serta valuasi dari spektrum 5G bersama operator, asosiasi dan lainnya. Saat ini memang fasilitas frekuensi untuk menerapkan jaringan 5G di Indonesia memang belum tersedia. Namun, pemerintah terus berupaya agar masyarakat bisa menikmati teknologi jaringan 5G. Kementerian komunikasi dan informatika (Kemenkominfo) menganggarkan sebesar 16 triliun dari total penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk membeli frekuensi 5G (Solopos, 15/10). Untuk itu, tunggu sampai jaringan 5G benar-benar terealisasi di Indonesia. Sudah siap untuk mencobanya nanti? []
*) Penulis adalah Mahasiswi Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Semester Akhir