SEPI: Meskipun layanan On-Site sudah dibuka, perpustakaan IAIN Kudus pada hari itu sepi pengunjung (12/04/2021) Foto: Astuti/Paragraph |
Kampus, parist.id - Dalam rangka meningkatkan kualitas dan pelayanan bagi mahasiswa, perpustakaan IAIN Kudus mengeluarkan kebijakan baru pada perkuliahan semester genap, yakni sistem pelayanan On-Site. Pelayanan ini dibuka mulai tanggal 1 April 2021.
Sebelumnya, perpustakaan IAIN Kudus hanya membuka sistem peminjaman online. Mulai meredanya pandemi di Kudus, pihak perpustakaan diperbolehkan mengeluarkan kebijakan baru dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Pegawai Perpustakaan Bidang Administrasi, Galuh Paramitha mengatakan kebijakan baru ini hanya diperbolehkan 100 mahasiswa per hari. Selain itu, untuk waktu per mahasiswa dalam perpustakaan dibatasi hanya sampai 15 menit.
“Mahasiswa maupun dosen diperbolehkan masuk ke perpustakaan untuk mencari sendiri, syaratnya ya tetap mengikuti protokol kesehatan,” ucap Galuh saat ditemui tim parist.id pada Senin (12/04/21).
Kebijakan On-Site ini, kata Galuh, untuk saat ini hanya berkisar 10-15 mahasiswa yang berkunjung. Meskipun sudah disosialisasikan di media sosial dan akun instagram resmi perpustakaan IAIN Kudus, kebanyakan mahasiswa lebih memilih melakukan peminjaman online daripada datang langsung ke perpustakaan.
“Sampai saat ini kami masih mengedepankan sistem pelayanan online (Reservasi) karena meminimalisir kerumunan mahasiswa,” ujarnya.
Sementara itu, Athiya yang juga bekerja sebagai Pegawai Perpustakaan Bidang Administrasi, mengeluhkan sikap mahasiswa yang sering membatalkan peminjaman buku secara online. Terkadang, kata dia, banyak mahasiswa yang sudah meminjam buku secara online namun tidak jadi mengambil bukunya.
“Buku yang sudah dipinjam kan jadi numpuk, kasihan kalo ada mahasiswa lain yang mau pinjam,” ungkapnya.
Menanggapi kebijakan baru ini, Hani Hiqmatunnisa, mahasiswi Tadris Matematika semester 4, menyampaikan sistem pelayanan di Perpustakaan sudah cukup baik. Hanya saja, kata Hani, untuk buku-buku digital dirasa perlu penambahan referensi.
“Buku-buku di perpus juga rata-rata tahun 2005-an, sedangkan mahasiswa lebih dominan mencari sumber terbit 10 tahun sebelumnya," katanya. (Hasna/Astuti/Zaim/Magang)