Illustrasi: Hasna/Paragraph |
Kampus, parist.id – Aplikasi Sistem Manajemen Universitas Terpadu (SMURT) diperbaharui ke versi 2.3. Aplikasi yang di-launching pada tanggal 4 April 2021 ini dirancang untuk memudahkan kinerja dosen dan mahasiswa.
Pada aplikasi SMURT versi 2.3 ini, beberapa fitur ditambahkan dan diperbaiki untuk memperlancar proses perkuliahan online selama pandemi. Slamet Siswanto, kepala bagian kantor Teknologi Informasi dan Pusat Data (TIPD) menjelaskan perbedaan signifikan versi terbaru ini dengan versi sebelumnya adalah dari segi servernya.
“Server di perangkatnya mahasiswa yang diubah karena banyak keluhan dari mahasiswa yang mengalami kendala akses log in ke SMURT,” kata Slamet saat ditemui tim parist.id pada Senin (12/04/2021)
Dia menambahkan, salah satu keunggulan dari aplikasi SMURT versi 2.3 ini adalah aplikasi ini sudah terintegrasi dengan Virtual Classroom setara PTKIN. Ia mengatakan IAIN Kudus menjadi kampus pertama yang mempunyai aplikasi yang secara langsung terhubung dengan Virtual Classroom.
“Ini yang membedakan SMURT dengan aplikasi lainnya, yang jarang dimiliki oleh PTKIN,” tandasnya.
Terkait kendala mahasiswa ketika mengalami trouble saat mengakses SMURT, Slamet menjelaskan ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, server sedang down karena saking banyaknya mahasiswa yang mengakses. Kedua, terjadi masalah jaringan di handphone mahasiswa itu sendiri.
“Jadi, jangan selalu memojokkan bahwa server itu yang lemot, bisa jadi hape pengakses yang bermasalah. Misalkan mahasiswa tidak dapat akses SMURT karena kouta chatting sehingga materi dikirim oleh teman lewat WhatsApp," jelas Slamet di ruangannya.
SMURT : Tampilan menu aplikasi Sistem Manajemen Universitas Terpadu (SMURT) Mahasiswa IAIN Kudus. |
Adanya pembaharuan di aplikasi SMURT, memudahkan dosen dalam melakukan tugasnya. Hal ini dirasakan sendiri oleh Ulya, dosen Tadris IPA Fakultas Tarbiyah, menurutnya semua yang dibutuhkan dosen untuk keperluan perkuliahan sudah tersedia dalam fitur SMURT versi ini.
“Apa yang dosen perlukan sudah ada, tinggal mencari. Untuk presensi juga lebih praktis untuk merekap data, dibandingkan presensi manual,” kata Ulya.
Meskipun, terkadang Ulya sempat mengalami server down ketika mengakses SMURT untuk keperluan upload file ataupun absensi. Sehingga, ia terpaksa harus membuat presensi manual sebagai cadangan.
“Terkadang sudah update tanggal tapi belum muncul di SMURT. Makanya, mahasiswa perlu menghubungi dosen supaya bisa mengetahui akar masalahnya dan segera memperbaiknya,” terangnya.
Begitupun yang dialami oleh Atika, mahasiswi Tadris IPS semester 2. Ia sering terhambat melakukan absensi karena lemahnya sinyal di rumahnya. Untuk mensiasatinya, Atika lebih memilih melakukan presensi lewat aplikasi Zoom.
“Kalau dulu pakai SMURT dan manual presensinya, sekarang kalau error saja baru presensi lewat Zoom," ucap Atika saat dihubungi via WhatsApp (16/04/2021).
Hal senada juga dialami oleh Shonia, Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam yang juga terkendala presensi di aplikasi SMURT. Sebagai alternatif, ia harus menghubungi dosennya untuk melakukan absensi.
"Saya langsung konfirmasi ke dosen atau grup kelas supaya saya tetap absensi,” ujarnya. (Alfia/Inna/Magang)