Foto: dok. pribadi |
Identitas Buku
Judul :
Outliers
Penulis :
Malcolm Gladwell
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :
ketiga belas, 2020
Tebal :
343 halaman
ISBN : 978-979-22-4476-2
Inggris, 03 September 1963 adalah hari ia dilahirkan
walaupun akhirnya akan dibesarkan di Kanada tak membuatnya berhenti berkarir,
itulah sosok Malcolm Gladwell. Ia pernah dinobatkan majalah Time sebagai salah
satu dari "100 orang paling berpengaruh". Tak jauh berbeda dari sosoknya, ketiga buku
karyanya pun pernah meraih gelar buku terlaris versi New York Times dan salah
satunya adalah Outliers
Buku-buku yang ditulis Gladwell bertemakan psikologi sosial
serta banyak mengutip buku dan riset psikologi.
Hal tersebut merupakan keistimewaan tersendiri sehingga tak diragukan
lagi mengapa cover buku karyanya selalu tertulis International Bestseller.
Berbicara soal psikogi memang tak akan ada habisnya. Pembaruan-pembaruan ilmu
pengetahuan terus berlanjut dan perbedaan yang cukup mencolok antar satu ahli
dengan ahli lainnya terkadang membuat bingung masyarakat yang menerima, tak
terkecuali bahasan mengenai IQ.
Kita akan memahami bahwa IQ akan berhubungan dengan bakat
untuk menjadi sukses. Seseorang dengan IQ tinggi pasti memiliki kecerdasan
lebih dibanding orang pada umumnya dan akan mudah menemukan bakatnya, kecuali
beberapa faktor seperti apakah dia malas, beruntung dan memaksimalkan
kemampuannya itu menjadi pengecualian tersendiri. Menariknya, buku ini menjadi
unik karena membahas dari sudut pandang yang belum dibahas secara detail.
Metode kuantitatif pun diterapkan dalam buku ini. Memahami IQ dengan batas
tertentu dan kaidah 10.000 jam.
Masyarakat akan mengenal Einstein adalah seseorang terpintar di dunia karena terkenal dan menemukan ilmu fisika yang kita pakai ssampai saat ini. Nyatanya ada seseorang yang memilik IQ lebih tinggi, yaitu Langan IQ 195 dan Einstein IQ 150. IQ Langan lebih tinggi 30% dibanding Einstein tapi itu tidak berarti Langan lebih pintar 30% dari Einstein. Walaupun memang mereka sama-sama cerdas saat menyelesaikan soal fisika
IQ mirip dengan tinggi seseorang dalam bermain bola basket.
Tinggi seseorang 150 dengan 160 maka akan lebih baik mereka yang memiliki
tinggi 160 cm. Seseorang dengan tinggi 160 dan 180 maka akan lebih baik mereka
yang memiliki tinggi 180 cm. Tetapi melewati titik tertentu tinggi tubuh tidak
begitu berpengaruh. Seseorang dengan tinggi 200 cm belum tentu lebih baik
dengan mereka yang memiliki tinggi 190 cm. Jika seumpama teman-teman kita
mayoritas pemain basket dengan tinggi 185 cm maka pemain dengan tinggi 200 cm
akan sulit menyesuaikan lemparan. Jadi seseorang pemain bola basket hanya harus
cukup memenuhi tinggi standar untuk bisa bermain.
Sama halnya dengan bibit biji buah unggul dengan bibit biji
buah biasa. Jika bibit biji buah unggul ditanam pada tanah yang kurang nutrisi
dan sinar matahari minim maka ia tidak dapat tumbuh kembang secara optimal,
sebaliknya jika bibit biji buah biasa mendapat nutrisi cukup, air mewadahi dan
sinar matahari yang pas maka ia akan dapat tumbuh kembang lebih baik. Itulah mengapa
buku ini selalu menekankan bahwa kita hanya perlu cukup IQ yang tinggi untuk
menjadi sukses dan pandai, sisanya adalah faktor lain yang mendukung.
Hampir selama satu generasi lamanya, para psikolog di
dunia terlibat dalam perdebatan tentang sebuah pertanyaan : apakah memang ada
yang disebut bakat bawaan? Jawaban yang pasti adalah ya, hanya beberapa
diantara mereka yang memiliki bakat bawaan. Kesuksesan adalah bakat ditambah
latihan. Dengan pandangan ini para psikolog menelaah sepertinya semakin kecil peranan
bakat bawaan dan semakin besar peranan latihan
Penelitian
pun dilakukan dengan mewawancarai
responden dari kelas atas, tengah dan bawah tentang berapa lama durasi mereka berlatih biola.
Untuk mengakuratkan hasil penelitian, wawancara pun dilakukan pada pemain piano
amatir dan profesional. Hasilnya adalah para pemain amatir tidak pernah
berlatih lebih dari tiga jam setiap minggu dimasa kanak-kanak sehingga pada
usia dua puluh tahun mereka hanya berlatih sekitar dua ribu jam lamanya. Sebaliknya,
para profesional dengan konstan menambah waktu latihan setiap tahunnya dan
sampai usia dua puluh tahun mereka berlatih sebanyak sepuluh ribu jam. Belum
ada yang pernah menemukan seseorang menjadi ahli kelas dunia dengan waktu
latihan yang lebih sedikit. Penelitian tersebut membuat mereka tidak bisa
menemukan mana pemusik alami karena bakat bawaan. Sehingga peneliti meyakini
angka ajaib seseorang menjadi seorang ahli adalah menghabiskan waktu 10.000 jam
untuk berlatih.
-Tentunya hampir tidak mungkin menjadi seorang ahli pada
usia dua puluh tahunan bila kita hanya menggunakan waktu beberapa menit dari
sekian jam. Bagaimana mungkin bisa menghabiskan waktu 10.000 ribu jam-
-Latihan bukanlah hal yang dilakukan setelah kita menjadi hebat. Latihan adalah hal yang membuat kita menjadi hebat- Outliers
Biodata Penulis
“I’m an experience lovers and I love every single moments”. Itulah quote yang selalu diucapkan Putri Setyowati dalam menjalani hidup. Selain sebagai guru BK ia mengekspresikan passionnya sebagai reviewer pada “Self Improvement Book dan Local Guide Indonesia”. Dia memilih untuk menginvestasikan ilmu pengetahuan serta pengalaman melalui tulisan yang dapat diambil manfaatnya untuk orang lain dan yang pasti dengan niat beribadah sebagai keuntungan tanpa batas.
Nama : Putri Setyowati
Email :
putri.setyowati557@gmail.com
Ig :
putrisetyo