Foto bersama Tim KKN IK IAIN Kudus Desa Ternadi |
Jauh sebelum indonesia berdiri, masyarakat sudah terbentuk dari berbagai keragaman etnis, budaya, gender, suku, dan agama. Masyarakat berkumpul dengan ciri khasnya masing -masing dalam menerapkan keyakinan dan kepercayaan. Realitas yang tidak bisa dipungkiri, moderasi merupakan sikap mengimbangi dalam menjalani kehidupan. Aspek moderasi ini bisa diterapkan di sektor apa saja, termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan gerbang awal dalam mensosialisasikan nilai moderasi beragama di tengah masyarakat multikultural. Praktik moderasi ini bisa mencakup kepada kegiatan sehari-hari di masyarakat, seperti halnya dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang berlimpah. Namun, tanpa diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia maka potensi hanyalah hal rugi.
Pada dasarnya konsep moderasi dibangun dari sunnatullah manusia yang diciptakan berbeda-beda dan berpasang-pasangan. Sehingga bisa membentuk suatu bangsa dan suku agar saling mengenal. Pemilihan diksi mengenal tidak terlepas dari tindak lanjut untuk lebih memahami dan menghargai.Dalam hubungan antar manusia, perlu adanya sikap menghargai terlebih pada sebuah perbedaan. Kecenderungan manusiayang tidak puas sering menyengsarakan manusia lain untuk menjadi alat pemuas. Padahal manusia perlu memahami dirinya untuk disebut manusia dan menghargai orang lain. Setidaknya hal ini dapat tercermin dalam tiga konsep persaudaraan. Pertama ukhuwah islamiyah, penguatan nilai persaudaraan yang didasarkan sesama orang islam sudah cukup menjadikan alasan seorang bersikap menghargai muslim lainnya. Terlihat dari seringnya berinteraksi, dan memunculkan bahan gibah dan cemooh bagi orang lain. Dianggapnya sebagai kesempatan langka bisa menggunjing bersama dan mendapatkan teman mengobrol.Bahkan parahnya bisa menjerumuskan apa yang diluar dari fakta sehingga muncul fitnah. Kenyataan ini masih ditemukan di pola interaksi masyarakat. Adanya indar tentang pentingnya ukhuwah islamiyah adalah menghargai kawan sesama muslim untuk berjalan sesuai keyakinannya dan tidak mempermasalahkan perbedaan di antar sesama. Kedua, ukhuwah basyariyah. Ketiga ukhuwah wathaninyah.
Sesama manusianya sering sering mengkoreksi diri sendiri. Paham paham radikal dan ekstrim bisa dianggap benar karena pemahaman ukhuwah hanya didasarkan pada islamiyah. Padahal, jauh lebih penting ialah menjaga hubungan sesama manusia yang disebut dengan ukhuwah basyariyah. Keteladanan ini siapa lagi jika bukan beliau rasulullah lewat piagam madinah dimana isinya mencakup perlindungan seluruh masyarakat madinah baik islam maupun non, arab, maupun ajam. Semuanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama di mata pemerintah. Meskipun berbeda agama, tidak menutup diri bahkan mengucilkan dari perlindungan rasulullah. Maka, benang merah bisa disimpulkan bahwa menjaga hubungan baik dengan manusia merupakan aplikasi atau penerapan dari moderasi beragama.
Menjaga hubungan adalah kewajiban sebab memperkuat tali persaudaraan pada masyarakat multikultural. Konsep ketiga adalah ukhuwah wathaniyah. Menengok ke belakang, isu radikalis dan teroris mengegerkan jagad raya. Mulai dari kasus bom bunuh diri, pembaiatan anggota ISIS, dan konflik agama, dan separatisme yang menjadi bumbu benih paham intoleran. Maraknya kasus demikian, bila dipahami secara parsial bisa menjadi jembatan seseorang mengikuti perilaku demikian.Padahal, dampak yang diberikan tidak hanya terkena di lokasi berasal atau TKP tetapi menganggu stabilitas keamanan negara khususnya di NKRI. Maka, dibentuklah pedoman aar masyarakat tetap menerapkan moderasi lewat ukhuwah wathaniyah atau sesama tanah air.
Oleh : Mu'ayyadah (KKN IK IAIN Kudus Desa Ternadi)