 |
| SEMA IAIN Kudus menggelar seminar bertempat di Gedung Rektorat Lantai 3. (Foto: Mahiroh/Paradigma) |
KAMPUS, parist.id - Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kudus menggelar seminar moderasi beragama bertempat di Gedung Rektorat lantai 3 dengan mengusung tema "Eksistensi Moderasi Beragama Sebagai Harmoni Bangsa".
Seminar ini mengulas bagaimana moderasi beragama di kalangan mahasiswa, santri, dan masyarakat dengan mengundang tiga narasumber, yakni Ihsan (Wakil Rektor III), KH. Muh. Allamul Yaqin (Gus Muh) dan Supriyono, Selasa (28/12/2021).
Dalam sambutannya, Rektor IAIN Kudus, Mundakir menyatakan bahwa moderasi beragama harus dapat di kembangkan di berbagai aspek.
"Perlu diketahui bahwa moderasi beragama yang di moderat itu bukan agama itu sendiri, akan tetapi cara beragamanya," paparnya.
Selaku narasumber pertama, Ihsan mengatakan bahwa agama merupakan sebuah wahyu (teks). Akan tetapi maksud dari beragama adalah respon dari manusia.
"Jadi perlu dipahami antara moderasi agama dengan moderasi beragama itu berbeda," tegasnya.
Kemudian, Supriyono memaparkan konsep dasar dari moderasi beragama ada 4, yaitu al-fikri (metode berpikir), manhaj al-amal (metode akal), manhaj al-harokah (metode gerakan), dan manhaj as-siyasah (metode politik).
"Modal utama moderasi beragama di kampus, yakni Sumber Daya Manusia (SDM) harus memiliki ilmu yang berkualitas serta lingkungan kampus yang berkualitas dan moderat," pungkasnya.
Sementara itu, Gus Muh menekankan perlu adanya literasi yang kuat di kalangan santri dan mahasiswa. Gus Muh berharap alangkah lebih baik menjadi santri akademisi yang membawa pada moderasi beragama. Dengan begitu, moderasi beragama dapat terlaksana dalam lingkup masyarakat.
"Pemahaman santri itu tergantung bagaimana pemahaman kiainya. Antara pengasuh pondok dan santri harus bisa berusaha melihat dengan kaca mata berbeda ditambah kuatnya literasi," pungkasnya. (Mahiroh, Nuzu, Ainur)
