 |
| Foto: Istimewa |
KUDUS, parist.id - Melihat turunnya minat baca buku pada generasi muda di Indonesia, jendela puisi mengadakan bincang santai melalui akun Instagramnya dengan topik "Membaca Buddhayah, Membuddhayah Baca". Berlangsung selama hampir satu jam bersama Tsaqiva Kinasih Gusti seorang mahasiswi, penulis, pemusik, sekaligus sineas muda Kudus sebagai narasumber, Kamis (27/01/2022).
Wisnu Bayu Murti selaku pemantik dari jendela puisi mengaku sedikit khawatir mengenai minimnya anak Indonesia yang suka membaca buku, ia juga mengatakan turunnya minat baca buku diindikatori karena adanya internet yang membuat anak-anak muda lebih menyukai sesuatu yang instan dan ringkas.
"Beritanya di UNESCO menyatakan bahwa Indonesia kaya akan pulaunya namun tingkat minat bacanya masih begitu rendah," ucap Wisnu.
Sementara itu, selaku narasumber Tsaqiva juga mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi generasi muda tidak suka membaca dikarenakan tidak dibiasakan oleh lingkungan, yang mana budaya orang Indonesia lebih suka mendengarkan dan berbicara.
"Kalau kita kembali lagi budaya menulis di Indonesia memang kurang, karena memang di Indonesia lebih suka mendengar dan berbicara dengan bercerita mengenai dongeng, legenda," ungkap mahasiswi fakultas seni bahasa UNNES tersebut.
Tsaqiva juga menjelaskan bahwa setiap era memiliki keunikannya masing-masing seperti di era modernisasi saat ini memang banyak orang memilih langsung membaca ringkasan dibanding harus baca dari awal sampai akhir baru meringkas.
"Zaman sudah berkembang dan mengalami perubahan, kalau kita selalu kembali ke sejarah maka kita akan menuju kemapanan," ujar Tsaqiva.
Membaca bisa dimulai dengan cara sederhana seperti menemui tulisan di sekitar yang bisa kita lihat maka bacalah meskipun terlihat simpel namun di waktu itu kita sudah mulai membudayakan membaca.
"Banyak sekali tulisan yang bisa dibaca, bahkan motor saja ada tulisannya maka dibaca saja untuk membiasakan diri agar suka membaca," ungkap Wisnu.
Editor: Muna
