Foto: Istimewa |
Oleh: Muna Khoirun Nisa' *)
Semenjak istilah childfree populer di Indonesia, kebebasan untuk mempunyai anak bagi perempuan mulai
diperhitungkan. Pasalnya keputusan tidak memiliki anak ini merupakan hal yang
masih tabu di Indonesia. Mereka yang memilih tidak punya anak masih dikucilkan
dan dianggap salah dalam mengambil keputusan.
Istilah yang dipopulerkan
oleh Gita Savitri ini sedang menjamur bagi
sebagian sepasang kekasih. Youtuber asal Indonesia itu mengaku lebih nyaman hidup tanpa memiliki anak. Menurutnya, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
memiliki anak. Meskipun akan menimbulkan
pro dan kontra serta masalah sosial bagi sebagian orang.
Sudah menjadi kebudayaan di masyarakat ketika dua orang saling mencintai maka akan menikah dan memiliki anak. Bahkan, anak disebut-sebut sebagai buah hati yang harus dirawat dan disayangi seperti diri sendiri. Keputusan childfree tentu dianggap melawan kebudayaan yang sudah diyakini banyak orang.
Berbagai Pertimbangan
Saat seorang memutuskan tidak
ingin memiliki anak, orang sekitar baik teman dekat, tetangga bahkan keluarga
sendiri akan mencela keputusan yang menyalahi ideologi mereka. “Mungkin belum
pingin”, “paling dua tiga tahun lagi punya anak,” “lihat aja nanti 10 tahun
lagi” begitulah kiranya perkataan orang-orang menanggapi keputusan childfree .
Bisa
saja, perempuan yang memutuskan untuk childfree akan
dianggap labil
karena belum pernah sama
sekali memiliki anak. Padahal, keputusan yang diambil setelah melalui pertimbangan panjang. Pastinya,
seorang perempuan telah
memikirkan matang-matang hal tersebut bahkan sebelum menikah. Setiap
perempuan merasa memiliki
hak penuh atas tubuh mereka sendiri sebagai perempuan.
Kondisi
mental seorang perempuan yang tidak stabil dapat menimbulkan perasaan khawatir
jika memiliki anak. Perempuan sebagai makhluk perasa takut jika anak tidak
mendapatkan kehidupan yang layak jika mereka merawatnya. Ketidakmampuan
mengendalikan emosi juga berpengaruh pada pola asuh anak.
Selain
itu, kondisi trauma di masa kecil juga menjadi alasan perempuan memutuskan
tidak memiliki anak. Pengalaman traumatis di masa kecil yang belum dapat
teratasi dan diselesaikan dapat terbawa hingga dewasa. Adanya konflik dengan
ibu dapat menjadi pemicu lahirnya traumatis. Keputusan Childfree dirasa pilihan
yang tepat untuk menghindari perasaan traumatis yang dirasakan perempuan.
Realita sosial
menempatkan perempuan sebagai kaum lemah yang tidak dapat mengambil keputusan
sendiri. Seakan, mempunyai anak bagi perempuan adalah sebuah keharusan. Masyarakat yang pro terhadap
natalisasi menjadikan ancaman tersendiri bagi perempuan untuk melahirkan anak.
Terutama generasi dahulu yang menganggap anak adalah rezeki dan suatu keharusan
bagi sebuah pernikahan.
Dalam Islam sendiri, memiliki anak adalah sebuah fitrah dan kebahagian bagi sepasang suami istri. Anak menjadi anugerah Tuhan yang harus dibesarkan dan didik sesuai syariat agama. Menikah dan memutuskan tidak memiliki anak mungkin hanya sebatas untuk melegalkan hubungan agar dapat tinggal serumah. Sebagai bukti komitmen, atau bahkan hanya ingin merasakan seperti orang-orang yang memakai gaun pengantin. Menurut pasangan childfree, hidup berdua tanpa anak dirasa sudah cukup.
Selamatkan Bumi
Angka kelahiran dan
kematian yang tidak seimbang mengakibatkan jumlah populasi manusia di muka bumi
berkembang pesat. Tentunya emisi karbon juga meningkat seiring perkembangan populasi
manusia yang sangat masif. Setiap satu anak yang lahir dapat menghasilkan 60
kiloton karbon setiap tahunnya. Jika perempuan memilih tidak melahirkan anak,
ia telah mencegah setidaknya 1800 kiloton emisi karbon. Keputusan childfree 20 kali lipat dapat
mengurangi emisi zat karbon dibandingkan memilih gaya hidup lain.
Pertumbuhan populasi
yang masif dalam jangka panjang dapat berakibat buruk bagi lingkungan. Selain
meningkatnya emisi zat karbon juga dapat menimbulkan kelangkaan sumber daya
alam.
Menurut Worldometer, pada tahun 2021 jumlah penduduk dunia
ada 7,8 miliar penduduk dan akan bertambah
setiap saat. Sedangkan
menurut data Administrasi Kependudukan (Adminduk) per Juni 2021, Indonesia memiliki jumlah penduduk
sebanyak 272.229.372 jiwa.
Laju pertumbuhan
penduduk menjadi PR yang diperhatikan oleh pemerintah demi pembangunan negara.
Sehingga keputusan memilih childfree dapat menguntungkan karena ramah lingkungan
dan hemat sumber daya alam agar dapat dirasakan generasi-generasi mendatang.
*) Penulis adalah Sekretaris Redaksi LPM Paradigma