Seminar Kewirausahaan diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Matematika di gedung SBSN lantai 3, Selasa (14/06/2022). (Foto: Mirna/Paragraph) |
PARIST.ID, Kampus - Untuk membangun jiwa entrepreneur (wirausaha) mahasiswa keguruan, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Matematika mengadakan Sempowa (Seminar Expo Kewirausahaan Matematika). Mengusung tema "Successful Entrepreneur Starts From Scratch Seriousness", seminar berlangsung di Gedung Tarbiyah lantai 3, pada Selasa (14/06/2022).
Agenda seminar ini turut dihadiri oleh Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah, Dr. Saliyo, S.Ag.,M.Si., Kaprodi Tadris Matematika, Arghob Khofya Haqiqi, M.Pd., beberapa dosen Tadris Matematika, juga mengundang seorang Entrepreneur Muda, Inola Karisma sebagai narasumber.
Kaprodi Tadris Matematika IAIN Kudus, Arghob Khofya Haqiqi mengatakan sebagai mahasiswa harus mampu mengasah kreatifitas untuk dapat mencapai jiwa enterpreneur. Ia menyebut jika acara sempowa ini sebagai kontribusi dari program baru, yaitu MMC (Mathematics Mart Company) Tadris Matematika.
"Program studi baru MMC ini sebagai wadah mahasiwa matematika dalam mendukung pengembngan jiwa-jiwa enterpreneur dengan meningkatkan softskill mahasiswa pada dunia kewirausahawan," ujarnya.
Ketua Acara, Naila Hidayatur Nuril Izza mengungkapkan bahwa kunci sukses dalam kewirausahaan adalah keseriusan. Ia percaya, menjadi seorang wirausaha akan berhasil jika mereka tekun dalam berbisnis.
"Buat saku mahasiswa ketika lulus nanti, semisal kekurangan lapangan kerja mereka bisa berperan sebagai pembuka lapangan kerja," ucap Naila.
Narasumber sekaligus Entrepreneur Muda, Inola Karisma mengatakan bahwa orang yang memiliki jiwa entrepeneur tentu berbeda dengan pengusaha biasa. Menurutnya, entrepeneur bukanlah sebuah profesi, akan tetapi sebuah mindset (pola pikir). Ia menekankan, kunci menjadi seorang entrepreneur adalah pada komunikasi. Sebab strategi marketing yang baik memerlukan skill komunikasi yang efektif.
"Kalau kita jadi pengusaha yang punya jiwa entrepeneur, kita bisa berkembang. Tetapi, hidup adalah pilihan. jika memang tidak memiliki bakat bisnis serta jiwa entrepeneur, nggak masalah. lakuin aja apa yang memang ingin dilakukan," terang Inola.
Inola juga menyinggung mengenai pola kerja keras dengan kerja cerdas itu berbeda. Kalau seseorang lebih memilih bekerja keras, maka hanya menjadi employee (karyawan). Akan tetapi kalau kerja cerdas itu seseorang memiliki keahlian tersendiri, seperti fotografer, MUA, arsitek, dan sebagainya itu akan menjadi income (penghasilan).
"Jangan berpikir jadi pekerja, tapi berpikirlah jadi pemilik," ungkapnya dilansir dari quotes H. M. Jusuf Hamka.
Terakhir, Inola menyatakan bahwa sosial media memiliki peran cukup penting dalam bidang pemasaran produk. Bisa diamati sebuah toko yang hanya menyediakan layanan offline dengan toko yang menyediakan layanan offline dan e-commerce (perdagangan digital) tentu memiliki hasil berbeda.
"Dengan memanfaatkan e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan sebagainya tentu dapat meningkatkan penjualan produk dan lebih meluas jaringan," paparnya.
Salah satu peserta Sempowa, Maulida Afifah Afra Umatullah mengaku bahwasannya sempowa merupakan pengalaman seminar pertama yang diikutinya. Ia kini jadi memiliki gambaran tentang dunia wirausaha dan bisa menjadi bekal ketika lulus nanti.
"Acara ini buat nambah pengalaman, dan semoga bisa bermanfaat bagi saya dan peserta lainnya, karena selain jadi guru kita juga bisa menjadi pengusaha," ujar Afra.
Reporter : Inna, Mirna