Suasana Dialog Nasional Akademik (DNA) Biologi dengan pembahasan kurikulum merdeka di era post pandemi, Kamis (14/07). Foto : (Witri) |
PARIST.ID, Kampus – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Biologi IAIN Kudus menggelar Dialog Nasional Akademik (DNA) Biologi yang menjadi salah satu serangkaian acara Quds Festival Biologi Part III. Acara tersebut diselenggarakan di Microthecing IAIN Kudus, Kamis (14/07/2022).
Mengangkat tema “Kurikulum Merdeka di Era Post Pandemi” dialog berlangsung secara blended. Dialog tersebut membahas kurikulum merdeka atau merdeka belajar yang terbentuk atas latar belakang tingkat minat literasi peserta didik yang kian menurun.
Ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 yang turut memperparah kondisi pembelajaran di Indonesia. Pemerintah menciptakan kebijakan kurikulum baru dengan bentuk pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan bakat dan minat siswa.
Selaku narasumber, Irma Yanuar Wardhani memapaparkan bahwa bentuk pembelajaran kurikulum merdeka lebih sederhana, tidak selalu terpacu pada materi akademik seperti biasanya.
“Model pembelajaran yang demikian membuat siswa memiliki banyak waktu untuk lebih mendalami,” terang Irma sebagai pembukaan materi yang akan disampaikan.
Irma juga menjelaskan mengenai learning lost atau menurunnya kemampuan dan keterampilan akademik siswa. Menurutnya learning lost peserta didik yang sekolah di daerah tentu berbeda dengan peserta didik yang sekolah di kota.
“Harus ada penyesuaian pelajaran siswa, antara mereka yang sekolah di daerah dan juga sekolah di kota tentu saja kebutuhan pelajarannya berbeda,” jelas Irma.
Memperkuat materi yang dijelaskan Irma, narasumber selanjutnya, Atina Mumtaza menerangkan keunggulan lain dari Merdeka Belajar. Kata merdeka menurutnya benar-benar mencerminkan kebebasan belajar siswa.
“Contohnya di SMA tidak ada peminatan IPA atau IPS. Jadi siswa bebas memilih peminatan yang sesuai dengan bidang yang mereka inginkan,” papar Atina di depan audiens.
Menariknya lagi, kurikulum yang baru dibentuk ini memasukkan projek profil pelajar pancasila dalam pembelajaran, seperti kegiatan sosial dan semacamnya.
“Pembelajaran dalam bentuk projek lapangan membuat daya interaksi dan kreasi siswa semakin meningkat,” tutur Atina di tengah penyampaian materi.
Atina juga menambahkan manfaat dari merdeka belajar yakni terbentuknya pembelajaran yang lebih relevan dan juga interaktif.
“Pembelajaran projek memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa mengekspresikan isu-isu aktual seperti lingkungan, kesehatan, atau pandemi yang kemarin sedang booming.” Begitu penjelasan lengkap Atina.
Di samping keunggulan kurikulum merdeka di atas, ada pula yang menjadi sorotan kebimbangan kaum pendidik dan terdidik, yakni perihal muatan lokal. Hal itu terjawab oleh tiga opsi yang diberikan pemerintah kepada lembaga pendidikan untuk menerapkan muatan lokal yaitu dengan menjadikan satu mata pelajaran khusus projek tersebut, mengintegrasikan projek dalam mata pelajaran yang sudah ada sebelumnya, atau mengintegrasikan.
Reporter : Eka
Editor : Nad