Ruang virtual dalam acara Internasional Conference on Islamic Education dan Call For Paper, Selasa (26/07). Foto : (Alfia/Paradigma) |
PARIST.ID, Kampus - Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD) berkolaborasi menggelar International Conference on Islamic Education (ICIE) Dan Call For Paper, Selasa, (26/07/22).
Acara ini diikuti oleh 104 peserta melalui zoom meeting yang dihadiri oleh tiga narasumber, yakni Prof Dr. Hamdan Said (Universitas Teknology Malaysia), Dr. Anuncius Gurnawang Jati (ITB), dan Rijal Mumazziq Zionis, M.H.I (IAI AL Falah As- Sunniyah Jember). Konferensi kali ini bertema "Media and Information Literacy : an integrated Approach in Education on the 21st Century".
Dekan Fakultas Tarbiyah, M. Nur Ghufron menyampaikan bahwa acara ini sebagai salah satu upaya mengembangkan pengetahuan dan menajamkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Wujud dalam mengembangkan pengetahuan serta menajamkan kualitas manusia, terutama para pengirim artikel," ucapnya.
Pemateri pertama, Hamdan Samid menerangkan bahwa melalui literasi media dan informasi dapat membangun budaya. Selain itu juga dapat mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan.
"Yang paling terpenting melalui IML dapat memengaruhi pikiran, sikap dan tindakan seseorang," terangnya.
Hamdan menambahkan, kombinasi antar ilmu pengetahuan, skill dan sikap harus secara padu dalam berliterasi.
"Selama ini masalah pendidikan hanya mengedepankan pengetahuan, namun mengesampingkan skill dan perilaku apalagi dimasa pandemi ini," tambahnya.
Sedangkan, Gunawang Jati menekankan bahwa literasi bukan hanya sekedar membaca, menggambar dan menulis. Sehingga untuk meningkatkan literasi perlu diajarkan sharing (berbagi) dan menciptakan suasana argumen yang nyaman.
"Jangan langsung ditanya, tapi ajarkan sharing karena mendengar itu penting sehingga satu sama lain nyaman dapat berargumen dan berkolaborasi," ungkapnya.
Rijal Mumazziq Zionis juga mengatakan bahwa ada beberapa fenomena digital literasi yakni Fomo (Fear of Missing Out), jejak digital, algoritma digital, orkestrasi wacana, dan the power of nitizen.
"Dari fenomena itu sebenarnya pendidikan harus mampu responsif isu-isu kekinian dengan narasi dakwah," ujarnya.
Hakim Majid selaku peserta mengaku senang telah mengikuti acara sebab menyadarkan masalah literasi yang masih rendah menjadi PR besar bagi calon pendidik.
"Sebagai calon pendidik tentunya menyadarkan kita harus kerjasama dengan orang tua bagaimana membangkitkan literasi ini," akunya.
Reporter : Alfia
Editor : Mirna