Ahmad Farohi |
“Kunci
keberhasilan ialah
otak berfikir, hati berdzikir dan tangan mengukir. Serta
dorongan do’a oleh kedua orang tua.”
Begitu kiranya prinsip kuat yang dipegang oleh Ahmad Farohi (23) mahasiswa semester akhir program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus.
Menjadi mahasiswa membuatnya memiliki segudang prestasi yang membanggakan. Menurutnya, mahasiswa sudah selayaknya berlomba-lomba untuk menorehkan prestasi baik akademik maupun non akademik.
Sejak duduk di bangku madrasah aliyah, Farohi memang sudah mulai bergerak aktif dalam mengikuti berbagai ajang kompetisi maupun berorganisasi. Segala aktivitas yang ia lakukan tak lain dari usahanya yang sungguh-sungguh serta dorongan doa oleh kedua orang tuanya.
“Hasil tak akan pernah mengkhianati usaha,” ucap Farohi, sapaan akrabnya. Hingga sekarang, ia tetap selalu mempertahankan prestasinya sampai ke jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Selama menjadi mahasiswa, pria asal Desa Kendeng Getassrabi Rt 14/ Rw 06, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus ini memiliki banyak prestasi yang membanggakan di bidang kepenulisan. Ia menyukai ketertarikan dalam menulis sejak semester tiga hingga sekarang.
Berawal dari menulis sebuah artikel ilmiah yang berkolaborasi bersama dosen, membuatnya semangat dan terus belajar di dunia tulis menulis. “Semenjak itulah saya mulai tertarik dan ingin belajar menulis,” ujar laki-laki yang sering dicap kalem tersebut.
Bagi Farohi, menulis adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. “Karena dengan kita menulis, kita bisa mendapatkan, melestarikan dan memanfaatkan ilmu yang semuanya bermula dari Allah SWT,” lanjut putra dari pasangan suami istri Hamim dan Nikmah.
Farohi memegang prinsip yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis. Ia mencontohkan “Ikatlah ilmu dengan menulisnya”. ucapnya pendek. Kesukaan menulis juga Farohi dapat karena baginya menulis merupakan perintah Allah dalam Al-Quran Surah Al-Alaq.
Kepada saya, ia menuturkan “Iqra’ yang berarti bacalah, maksudnya bacalah dan hafalkanlah serta kuasailah ilmu tersebut. Namun jika menghafal dan menguasai belum bisa, maka menulislah agar ilmu tersebut bisa dipelajari lagi esok hari yang akan datang dan agar tidak lupa,” tuturnya.
Sudah banyak tulisan yang telah ia publikasikan di blog pribadinya baik opini, esay maupun artikel yang bisa diakses di laman https://vivapedial.blogspot.com/. Tak hanya itu, banyak tulisan yang ia ikutkan dalam berbagai lomba baik tingkat lokal maupun nasional.
Farohi pernah menoreh juara 1 lomba essay nasional di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2021, juara 5 besar lomba essay tingkat nasional di Universitas Negeri Semarang, juara 2 lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah tahun 2019, juara 1 lomba essay yang diselenggarakan HMPS Tadris IPS IAIN Kudus tahun 2020 dan 2021.
Farohi selalu memotivasi dirinya sendiri, “Setiap ada peluang atau kesempatan event lomba ya diikuti saja, berhasil atau tidaknya urusan belakang, yang terpenting kita yakin bahwa kita bisa,” ucapnya saat ditemui di teras Masjid Islamic Center Kudus pada Minggu (08/06).
Selain mengikuti berbagai event lomba, ia juga menjadi salah satu Editor di IAIN Kudus Press yang bekerja sama dengan penerbit Azzian Publishing Yogyakarta pada tahun 2020. Farohi juga bergabung dalam tim penulis di Lembaga Pengembangan dan Konsultasi Nasional (LPKN) https://ilmu.lpkn.id/author/ahmad-farohi/ awal Januari 2021 .
Tetap Produktif
Situasi pandemi tak menyurutkan dirinya untuk terus berkarya, melainkan, Farohi dapat memanfaatkan waktu luangnya di rumah dengan tetap produktif. Hampir setiap hari ia membiasakan diri membuat satu tulisan. “Tulislah apa yang ingin kamu tuliskan,” begitu ujarnya.
Tidak sampai di situ, Farohi juga aktif mengikuti organisi di lingkungan masyarakatnya. “Ketika seseorang sudah menjadi mahasiswa, tugas dan tanggung jawabnya tidak hanya seputar diri sendiri dan keluarga melainkan juga masyarakat,” tambah Farohi sambil menggerakkan tangannya.
Menjadi bagian dari Lembaga Pengembangan dan Konsultasi Nasional juga membuat Farohi terpilih sebagai juara duta genre infuencer Kabupaten Kudus. Ajang yang diadakan oleh Dinas Sosial bekerja sama dengan BKKBN pada tahun 2020 ini ia ikuti bebarengan ketika
sedang melakukan studi di Kampung Inggris Pare Kediri, Tak disangka, ia lolos. Padahal, tujuannya mengikuti duta genre ialah untuk belajar dan mencari pengalaman, serta menerapkan ilmu yang didapati sewaktu perkuliahan tentang genre.
Seperti halnya seorang anak kepada orang tuanya, anak terakhir dari lima bersaudara ini pun ingin membanggakan orang tua lewat prestasinya. Setiap kali mengambil keputusan atau berbuat apapun tak lupa Farohi meminta izin dan doa restu orang tuanya. Terlahir dari keluarga yang sederhana, tak membuat ia berkecil hati.
Ia pun membulatkan diri untuk belajar secara otodidak. Saat ini pun Farohi sedang menggeluti usaha desain grafis dan cek plagiarism turnitin (Founder VIVA GROUP Kudus) sejak tahun 2019. Berkat kegigihannya, ia juga berhasil membuat aplikasi pembelajaran berbasis android (e-social learning) yang sudah diajukan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial 2020 ini selalu mengingat kata-kata dosen yang menjadi motivatornya. “Setiap ada impian, setiap ada cita-cita, tulislah di kertas, apapun itu. Bahkan yang aneh-aneh pun tulis saja. Bahkan diakalmu pun tidak masuk akal. Tulis, tulia, tulis.” cerita Farohi menirukan apa yang diucapkan oleh dosennya .
Farohi mantap mengamini apa yang diminta dosennya. Menempel cita-cita di dinding kamarnya, memotivasi dirinya dan berusaha sambil berdoa agar semua impiannya terkabul. Lambat laun ia pun menyadari satu per satu impiannya terkabul.
“Kunci keberhasilan ialah otak berfikir, hati berdzikir dan tangan mengukir, serta dorongan do’a oleh kedua orang tua,” ucapnya mantap. “Jika ada kemauan, pasti di situ ada jalan untuk menuju kesuksesan,” pungkasnya mengakhiri pembicaraan.
Oleh: Shofiana Mariana, Anggota Divisi Detik
*)Telah rilis di majalah LPM Paradigma edisi ke -36