Wisnu Bayu Murti |
Stigma teater miris moral terbantahkan dari sosok Wisnu. Salah seorang pemain teater UKM Satoeesh IAIN Kudus yang memberikan makna mega di balik layer teater. Nilai yang terkandung sebelumnya dipandang sebelah mata setelah menonton aksi pertunjukan tersingkap adanya proses demi proses dalam penggarapan.
Ia menceritakan kronologis ide yang terejawentahkan menjadi sebuah cerita beralur dan berkarakter. Tentunya dibawakan oleh peran pemain yang berkarakter dan kesinambungan antara tokoh satu dengan tokoh yang lain.
Wisnu mendapat pengalaman yang tidak pernah dilupakan saat mementaskan teater untuk pertama kalinya ketika ikut serta memeriahkan ulang tahun KKY, tepatnya di balai jagong.
Pementasan yang menceritakan tentang filosofi kudus, dan mendapat tokoh dengan karakter religious, diakuinya cukup sulit. Wajar saja, pementasan tersebut merupakan yang pertama dan belum ada dasar dan referensi yang kuat.
Sepak terjang di seni peran juga dipentaskan oleh Wisnu pada tahun 2018, ia mengaku mendapatkan peran yang susah. Berkarakter antagonis, yang memiliki watak licik, pendendam, dan lihai mengadu domba.
Meskipun begitu, usaha selalu tercurah demi keberhasilan peran yang ditokohkan. Selain itu, wisnu juga pemeran yang bercrita tentang peduli sampah di Komunitas Kresek Kudus.
Tantangan di dunia peran ternyata bukan hanya soal pendalaman karakter, tetapi lebih kepada bagaimana membangun chemistry dengan lawan pemain. Membangun kecocokan antar pemain dapat diekspresikan melalui penekanan tanda baca, seperti koma, tanda petik, dan titik.
Ihwal demikian, tidak adanya pementasan teater apabila naskah saja belum dibuat. Pengarapan naskah juga memerlukan waktu apalagi latihan memerankan tokoh yang diperankan. Hanya saja wisnu mendapatkan pengalaman latihan tersingkat sepekan dan terlama sebulan sampai 4 bulan.
Kesulitan yang ada di teater tidak sebanding dengan kepuasan yang ditimbulkan. Saat berhasil mementaskan suatu drama dan berperan sebagai tokoh adalah cara tersendiri untuk mengapresiasi diri.
Mempunyai passion terhadap dunia kesenian khsusunya teater adalah kunci utama menuju kesuksesan bagi Wisnu. Berkarya lewat seni menurutnya adalah mengekspresikan emosi dan keinginan diri.
Awalnya ia tertarik teater ketika mengikuti kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Kudus. UKM Teater bernama Satoesh di IAIN Kudus mementaskan seni peran bertema bencana alam. ide cerita yang dibangun soal “kesurupan” yang merupakan sugesti dari dirinya sendiri.
Ketertarikannya juga disampaikan saat berjumpa salah satu gurunya di SMK Duta Karya Kudus, Jesy Segitiga sapaan akrabnya. Anehnya, ia tidak berkecimbung di Teater Apotek, penamaan teater di sekolahnya tetapi salut dan tergerak hatinya saat menghayati perkataan gurunya.
Namun, semua hanya semu apabila tidak ada interest yang muncul dari dirinya sendiri. Diakuinya pula, saat bergabung di teater ia merasa kagum kepada orang yang dapat membawa emosi secara tepat.
Misalnya saja, penulis yang menghipnotis pembacanya lewat emosi yang dituliskan, dan pemeran dengan konsekuensi di luar dari karakter dirinya sendiri. Itulah yang menjadi ketertarikan sehingga memutuskan berkarier di teater khsusunya Teater “Satoesh”.
Sejak menjadi pengurus di UKM Teater Satoesh tepat di Semester 5, ia mengungkapkan manfaat mengikuti teater. Diantaranya dapat memanjemen waktu dengan baik. Mulai dari persiapan naskah, pendalaman karakter tokoh, membangun chemistry antar pemain.
Sampai urusan dekorasi atau komplemen pementasan yang membutuhkan waktu panjang. Oleh karenanya, membagi waktu secara proporsional ia anggap sebagai latihan diri menjadi yang lebih baik.
Keuntungan lainnya adalah pendalaman karakter yang berhasil sampai di luar panggung tokoh masih saja terlihat saat pementasan dan orang memanggilnya dengan tokoh yang diperankan.
Bicara soal pendalaman karakter, Wisnu berusaha selama seharian melakukan riset agar tokoh kidang yang diperankan berhasil melalui berbagai referensi. Di teater, diakuinya memberikan banyak pelajaran berharga bagi kehidupannya.
Menyinggung soal UKM Teater di bawah naungan IAIN Kudus kerap kali mengikuti arahan pihak terkait yang mana menampilkan sesuai dengan unsur keislaman. Menurutnya tidak ada masalah selagi dalam koridor yang berlaku.
Berkreasi Juga Berkarya
Tidak hanya mahir berperan di teater, wisnu juga aktif menuangkan ide pikiran di media sosial instagramnya. Kerap kali ia menuliskan quotes, dan puisi. Lebih dari itu, jiwa ilmiahnya tidak kalah dengan seninya.
Wisnu mengaku beberapa kali kerap melakukan kegiatan bakti sosial ketika menjadi Ketua HMPS Tadris IPA dengan membagikan handsanitizer, dan beberapa kali mendampingi dosen dalam penelitian ilmiah dan submit jurnal baik nasional maupun internasional, salah satunya adalah tentang metode pembelajaran sains.
Hebatnya lagi, kolaborasi karyanya bersama dosen telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Pasti, sosok satu ini memiliki himmah yang kuat. Adanya cita-cita tinggi tentu diimbagi motivasi. Bisa jadi yang menjadi support system dari Wisnu adalah mindset atau pikiran diri sendiri.
Ia berprinsip “Dalam hidup teruslah mengurai masalah, maka masalah tersebut akan selesai”. Dijelaskan lebih jauh bahwa adanya masalah diri sendiri bisa belajar akan kesalahan dan bersyukur adanya masalah sebagai bagian dari proses pendewasaan diri.
Satu prinsip lagi adalah keikhlasan. “Melakukan salat subuh dengan penuh keihlasan meskipun berat”. Keyakinannya di waktu itulah doa paling mujarab untuk diijabah. Dibanding melulu mengikuti anjuran salat sepertiga malam tanpa disertai keikhlasan.
Pesan darinya agar senantiasa menghargai orang lain apabila mau dihargai. Anggapan pekerja seni yang mengundang pro kontra di masyarakat tentu membawa pengaruh mental meskipun dirinya sudah tidak memikirkannya.
Oleh : Muhayyadah, Anggota Divisi Qov 2021
*)Telah rilis di majalah LPM Paradigma 2021