Mirna sedang membuka diskusi bersama Noni di Lapangan Kampus Timur IAIN Kudus, Selasa (28/09). Foto : (Ischan/Paradigma) |
PARIST.ID, Kampus - Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Paradigma bersama dengan Divisi Warna (Wartajournalism) KPI menggelar diskusi jurnalistik bertempat di Lapangan Kampus Timur pada Rabu, (28/09/2022). Diskusi kali ini mengusung tema "Peluang dan Tantangan Persma di Era Digital" dengan mengundang Noni Arnee bagian Divisi Pendidikan AJI Semarang sebagai narasumber.
Dengan pesatnya era digital, menjadikan tatanan pers bergerak mengikuti sesuai dengan perkembangan zaman. Semakin gencarnya kebebasan berpendapat juga memberikan wadah Persma untuk dapat menyuarakan aspirasi mahasiswa terhadap kampus.
"Kita sebagai Persma yang kadang mengkritisi kampus, justru kita disudutkan, padahal kita hadir sebagai kontrol sosial," ucap Mirna sebagai moderator dalam diskusi.
Narasumber forum diskusi, Anggota Divisi Pendidikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) semarang, Noni Arne mengatakan bahwa Persma juga memiliki tantangan tersendiri dari kampus untuk menjaga nama baik kampus.
"Apabila Persma sudah membuat gerah beberapa birokrat kampus dengan berita maupun artikelnya, itu artinya sudah bagus dari sisi kontrol, karena sesuai fungsi pers untuk edukasi," jelas Noni.
Menyinggung juga tentang kebebasan pers, jika ada institusi yang menekan pers berarti pihak tersebut tidak ekspresif. Kebebasan berekspresi melihat, mengamati dan mengkritisi kebijakan. Sedangkan tugas jurnalis adalah verifikasi dengan pihak-pihak yang berkompeten terhadap isu atau peristiwa yang diangkat.
"Jurnalis kadang harus ngeyel, tidak mudah untuk percaya dengan orang, butuh klarifikasi. Wartawan harus begitu jangan mudah gumun," ujarnya.
Disisi lain, memang tidak ada payung hukum yang melindungi Persma karena Undang-Undang Dewan Pers yang ada hanya melindungi jurnalis. Akan tetapi sekarang, AJI sudah mengakoomodir Persma untuk menjadi anggota dan melindunginya.
Lebih lanjutnya lagi, Noni melihat perkembangan zaman menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Sehingga seorang jurnalis perlu menyesuaikan dirinya. Tidak hanya menulis, jurnalis juga diharapkan bisa videografi, fotografi, bahkan media cetak, online, maupun radio.
"Kalau punya skill, pasti ada peluang. Kita harus berstrategi, dan strategi itu butuh skill," terangnya.
Ia juga berpesan agar Persma tidak eksklusif dan harus berkolaborasi. Karena konten jurnalistik yang berkolaborasi itu lebih punya daya lenting dan memiliki pengaruh yang lebih besar ke publik.
Reporter : Wilda
Editor : Nada