Mas Sabrang sedang menyampaikan diskusi intelektualitas kepada audiens yang didampingi oleh Rektor, Wakil rektor, dan Kapus budaya. |
PARIST.ID, Kampus – Sinau bareng "Dari Intelektualitas Menuju Spiritualitas" menjadi topik diskusi dalam agenda perayaan Anniversary UKM Kelompok Pecinta Nalar (KPN). Mengajak Sabrang Mowo Damar Panuluh (Noe Letto), diskusi berjalan dengan hangat di Kampus Timur, pada malam Senin (14/11/2022).
Turut hadir sebagai pembicara dalam agenda, Rektor IAIN Kudus, Abdurrahman Kasdi, Wakil rektor I Ihsan, dan Dosen sekaligus Kapus budaya Abdul Jalil dengan disaksikan audiens yang memadati area panggung.
Dimoderatori oleh Aan, dia membuka dengan pertanyaan dasar sesuai tema, sekaligus mewakili pertanyaan audiens.
“Bagaimana bisa dari intelektualitas menuju spiritualitas?” kalimat tanyanya.
Menyambung dari pertanyaan moderator, sebagai Kapus Budaya, Jalil turut menambahi. Menurutnya, makna tema diskusi ini cukup berat.
"Karena ada kata 'dari' dan 'menuju'. Kalau dari intelektualitas kemudian sudah sampai ke spiritualitas, apakah intelektualitasnya akan ditinggal?," imbuh Jalil.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Sabrang menegaskan bahwa intelektualitas dan spiritualitas adalah dua pengalaman perjalanan yang berbeda. Intelektualitas adalah pengalaman fisik dan psikis, sedangkan spiritualitas adalah di luar keduanya yang menyaksikan perjalanan keduanya.
“Kalau pengalaman psikis itu berasa nyata di otak, manusia bisa bereaksi terhadapnya," ungkap Sabrang yang akrab disapa Noe.
Noe memberikan contoh lain seperti opini yang memberikan efek nyata pada otak. Menurutnya, manusia bisa saja serius dengan argumen atau opininya tanpa tahu kebenarannya secara fisik. Seperti halnya konsep dunia fisik yang diatur oleh hukum alam dan dunia akal diatur oleh manusia.
“Ada badai, ada hujan, manusia pasrah karena itu hukum alam. Tetapi kalau uang, demokrasi, peraturan. Apa itu buatan Tuhan? Anda kenapa patuh? Karena akal anda setuju dengan konsep itu," papar Noe.
Menurut Noe, intelektual masuk di dunia akal. Intelektual memiliki ibu yaitu perhatian atau attention. Dan attention juga memiliki ibu yaitu keingintahuan dan ketertarikan. Kemudian fisik juga memiliki akar untuk survive yang artinya bertahan hidup atau ketidakinginan untuk mati. Lain halnya dengan spiritual yang berada di luar dua hal itu.
“Kata kunci spiritual adalah witness atau kesaksian. Bukan aktif mencari kebenaran, bukan menyatukan yang nyata secara akal dengan yang fisik, tetapi menyaksikan perjalanan keduanya," tambahnya.
“Ada badai, ada hujan, manusia pasrah karena itu hukum alam. Tetapi kalau uang, demokrasi, peraturan. Apa itu buatan Tuhan? Anda kenapa patuh? Karena akal anda setuju dengan konsep itu," papar Noe.
Menurut Noe, intelektual masuk di dunia akal. Intelektual memiliki ibu yaitu perhatian atau attention. Dan attention juga memiliki ibu yaitu keingintahuan dan ketertarikan. Kemudian fisik juga memiliki akar untuk survive yang artinya bertahan hidup atau ketidakinginan untuk mati. Lain halnya dengan spiritual yang berada di luar dua hal itu.
“Kata kunci spiritual adalah witness atau kesaksian. Bukan aktif mencari kebenaran, bukan menyatukan yang nyata secara akal dengan yang fisik, tetapi menyaksikan perjalanan keduanya," tambahnya.
Reporter : Eka, Ayu
Editor : Mirna