Grobogan, Parist,id-Peduli dengan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tim KKN-MB 081 mengadakan kunjungan ke UMKM tempe di Dusun Nambangan, Desa Jipang, Kecamatan Penawangan, Kabupaten Grobogan, Jumat (4/10). Dalam kunjungan ini, Tim KKN-MB 081 menggali informasi lebih dalam terkait cara pembuatan dan pemasaran.
Proses pembuatan tempe diawali dengan mencuci kedelai hingga bersih, lalu kedelai direndam selama 5 jam agar air masuk sehingga mempercepat perebusan. Selanjutnya, kedelai direbus dan direndam lagi selama satu malam. Setelah satu malam, kulit ari kedelai dikupas secara manual, kemudian direndam dengan air yang diberi ragi tempe selama 5 menit. Kedelai yang sudah direndam ragi ditiriskan selanjutnya dikemas dalam plastik yang diberi lubang dan disusun dalam rak untuk fermentasi. Setelah 2 hari di suhu ruang, tempe sudah jadi dan siap dipasarkan. Proses fermentasi yang tepat serta kebersihan selama pembuatan tempe sangat berpengaruh pada hasil akhir. Selain itu, Puji menegaskan bahwa penggunaan bahan-bahan berkualitas menjadi kunci dalam menjaga cita rasa dan tekstur tempe yang dihasilkan.
Dari awal proses pembuatan sampai pengemasan membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Tempe dijual dengan harga Rp2.500 per bungkus. Puji memastikan tempe yang dijual selalu dalam kondisi segar. Dengan cara ini, mereka dapat menjaga kualitas produk dan mendapatkan masukan balik dari pelanggan untuk perbaikan lebih lanjut. Puji Astuti mengungkapkan jika hal yang utama dari pembuatan tempe ini adalah kualitas kedelai impor yang baik dan kebersihan dalam pembuatannya.
Produksi tempe sudah berjalan 9 tahun yaitu dari 2015. Kedelai yang digunakan dalam sekali produksi mencapai 20 kg dengan menggunakan kedelai impor yang berkualitas. Bu Puji memproduksi tempe dikarenakan tempe merupakan lauk sehari-hari yang sangat digemari oleh masyarakat. Menurutnya, tempe tidak hanya murah dan mudah didapat, tetapi juga menjadi sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Itulah mengapa ia ingin terus memproduksi tempe agar bisa dinikmati oleh semua kalangan. Pemasaran tempe dilakukan dengan menitipkan tempe di warung-warung terdekat yang ada di Desa Jipang, Desa Kramat dan sekitarnya. “Pemasaran tempe kami saat ini yaitu dengan cara di antar ke tiap-tiap warung warung sayur terdekat, yang sudah menjadi langganan”, ucap Puji Astuti.
Awalnya Puji memproduksi tempe dengan bungkus daun yang banyak peminatnya, namun kemudian beralih ke bungkus plastik karena saat ini daun pisang sulit didapat. Ia juga pernah memproduksi keripik tempe tetapi tidak dilanjutkan karena cara pembuatan lebih rumit. “Untuk pembuatan keripik tempe diperlukan tepung kanji dan beras”, ucap Puji Astuti. Kendala yang ada ialah saat musim hajatan atau bancakan, penjualan turun dikarenakan warga tidak akan membeli tempe karna sudah dapat nasi kotak atau masak ayam.
Saat pembuatan tempe, cuaca juga mempengaruhi, kalau musim hujan tempe bisa gagal. Namun itu semua bisa dicegah dengan ngosek/mencuci kedelai harus benar-benar bersih “Alhamdulillah selama 9 tahun saya jarang gagal, dulu pernah gagal hanya pas awal-awal merintis saja. Ketika masih bikin 10 kilo tempe yang gagal, hasil yang gagal dibuat makan ternak kambing mbah jadi tidak mubazir,” ucapnya.
Setelah mengetahui lebih rinci tentang kondisi UMKM tempe ini, Tim KKN-MB 081 membantu promosi UMKM tempe dengan membuatkan baner dan buku panduan perhitungan laba rugi untuk UMKM. Selain itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah juga agar produksi tempe ini semakin maju.