 |
| Potret Ika Triwahyuningsih, seorang ibu satu anak yang menyandang gelar Wisudawan Terbaik Prodi KPI (16/04). |
Ika Triwahyuningsih, mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, berhasil menyandang gelar Wisudawan Terbaik dengan IPK 3,91. Yang menginspirasi banyak orang, Ika tak hanya seorang mahasiswa biasa, namun juga seorang istri dan ibu dari satu anak.
Perjalanan akademik Ika selama perkuliahan patut diacungi jempol oleh banyak orang.
Meskipun menghadapi tantangan sebagai seorang ibu, Ika tetap mampu mempertahankan IPK di angka 3,9 sejak awal kuliah hingga semester akhir. Bahkan saat masa kehamilan dan setelah melahirkan, ia tetap mengikuti perkuliahan tanpa mengambil cuti.
“Yang penting itu niat dan semangat,” ujarnya.
Ia meyakini bahwa kunci keberhasilan bukan hanya pada kecerdasan saja tetapi juga kedisiplinan, manajemen waktu yang baik, dan semangat untuk terus belajar.
Ika tercatat sangat aktif selama proses perkuliahan, mulai dari diskusi kelas, presentasi, hingga mengikuti conference dan menulis jurnal bersama dosen. Tak hanya itu, Ika juga merupakan penerima Beasiswa Bank Syariah Indonesia (BSI) sejak semester 3.
Dengan latar belakang keluarga sederhana, yang mana ayah dan ibunya hanya bermata pencaharian sebagai petani, Ika justru menjadikan kondisi tersebut sebagai pelecut semangat dalam perkuliahannya, “Saya ingin membanggakan orang tua saya, meskipun saya kini juga seorang istri dan ibu,” ucapnya penuh haru.
Selain dukungan orang tua, Ika juga mendapat support penuh dari suami tercinta, “Suami selalu mendorong saya untuk terus mengembangkan diri,” lanjutnya.
Ika juga berpesan kepada mahasiswa bahwa, menjadi yang terbaik bukan hanya soal IPK tinggi, tapi juga tentang bagaimana seseorang terus berproses dan memperkuat niat.
“Saya yang seorang ibu saja bisa, kalian pasti lebih punya banyak peluang. Yakin saja, semua akan indah kalau kita sungguh-sungguh,” tuturnya dengan penuh semangat.
Kini Ika menjadi bukti nyata bahwa peran sebagai ibu bukanlah penghalang untuk meraih prestasi akademik tertinggi. Justru, dari peran itulah semangatnya tumbuh untuk terus menjadi versi terbaik dari dirinya.
